Pages

CERPEN ASYIK

cerita anak emo

matahari bulat,besar,terlahap lautan luas. burung-burung yang berkicau riang,kini mulai tergantikan oleh kelelawar yang berterbangan,membelah cakrawala. angin mulai tak bersahabat, membuatku menggigil, membuat ombak yang begitu besar, bergulung-gulung...berkeja
ran. aku melihatnya. tatapannya sangat kosong. aku dapat rasakan kegalaun dihatinya,keresahan yang tengah mendera fikirannya. dia Nina, sahabatku. kini dia tengah bersedih hati, terpukul,terpuruk,tak berdaya,karena takdir yang tengah membuatnya terluka. akupun merasa hidup ini benar-benar tak adil untuknya. takdir begitu kejam. Nina sangat terpukul ketika menyadari bahwa dirinya abnormal. dia tak sama dengan perempuan lainnya. dia lesbian!. aku terkejut mendengar ungkapan hatinya itu. telah lama dia memendam perasaan cintanya terhadap Sharon, sahabat kami. ya...Sharon memang cantik. dia primadona di sekolah kami. banyak laki-laki yang menginginkannya. dia sempurna. kecantikan, kekayaan, kepintaran, dan kerendahan hati...semua dimilikinya. pantas jika semua orang mendambakannya. namun aku bukan termasuk orang-orang itu. aku senang dapat bersahabat baik dengan sharon dan nina. seandainya Sharon tau bahwa Nina mencintainya...aku yakin,Nina akan sangat bahagia. karena diya akan kembali tersenyum bersama kami. namun Nina tak ingin ungkapkan perasaannya. Sharon bukan Lesbian. Sharon tak mungkin mencintai nina. dan NIna tak ingin menjauh dari Sharon. dia memilih diam. merasakan sakitnya menjadi seorang lesbian. mungkin hatinya telah hancur berkeping-keoing. aku melihat airmatanya jatuh. lalu dia duduk merangkul lutut. akupun duduk, lalu mengusap kepalanya. "sebaiknya lu ungkapin ke Sharon,Na?!". kataku,pelan. hening...yang terdengar hanya gemuruh ombak. dan titik-titik air yang membasahi pasir. sepertinya hujan akan turun. "mungkin lesbian kaya gue gak pantes jatuh cinta,raff!" katanya sambil terisak. aku sedih bukan main. aku merangkulnya, mencoba menenangkannya. "lo jangan berfikiran kaya gitu!. siapapun berhak jatuh cinta!" "tapi gue gak bisa dapetin cinta gue,raff!!" "lo harus ungkapin ke Sharon!. lo gak boleh terus-terusan terpuruk kaya gini!". "tapi Sharon bakal jauhin gue!!" "gak mungkin!. Sharon cewe yang baik!. gue yakin dia akan tetep jadi sahabat lo!". "gue gak yakin,raff!" "lo harus yakin!. Sharon sahabat kita, bukan orang lain!". tatapannya masih kosong. kini badannya kuyup, tersiram air hujan. langit seakan menangis,karena Nina menangis. "raff, lo suka Sharon?". tanya Nina mengejitkanku. "kenapa lo tanya kaya gitu,na?" "semua orang suka sama Sharon. gue yakin,lu juga sama..." "kenapa lo jadi paranoid? gue seneng sahabatan sama dia. begitu juga sama lo!!" "gue pengen lo cinta sama Sharon!". "maksud lo?" "Sharon sayang sama lo! dia cinta sama lo!. dia sering cerita ke gue!" dadaku sesak. rasanya sulit bernafas. tenggorokanku tercekat. jantung inimseakan berhenti berdetak. dan darah-darahnya berhenti mengalir di urat saraf. mataku meneteskan air mata. aku ingin mati, karena aku telah menjadi penyebab NIna tak ungkapkan perasaannya. Nina menatap mataku. aku benar-benar menyesal. kuharao ini mimpi. kuharap Nina salah berucap. "lo harus jagain Sharon buat gue!". sambungnya lagi. aku tak sanggup mendengar kata-katanya lagi.aku berlari meninggalkannya. aku tak dapat terima semua ini. aku tak pantas bertemu dengan Nina. aku yang membuatnya terpuruk dan terluka. fikiranku kacau! bagaimana mungkin ini terjadi. mengapa Sharon harus mencintaiku?. seandainya Sharon tau bahwa Nina mencintainya. dan seandainya Nina tau bahwa yang membuat aku atk mencintai Sharon adalah dirinya. bagiku Nina bagai bidadari. aku mencintainya. aku ingin menjaga dan menyimpannya dahatiku, selamanya. aku tak mengerti mengapa ini semua menimpaku. "raff, kok NIna gak sekolah?" tanya Sharon di kantin sekolah pada jam istirahat. "gak tau..gak ada kabar!". jawabku. "balik sekolah kerumahnya,yuk?!" "hah...!!!???. o..ok.." kataku. sebenarnya aku masih ragu untuk menemui NIna. aku benar-benar merasa bersalah. namun aku tak boleh meninggalkannya. dia butuh seseorang. dia sangat rapuh. aku takut kehilangannya. dan betapa terkejutnya aku, ketika mendengar kabar bahwa Nina dilarikan kerumah sakit tadi malam, setelah dia pingsan, karena nekat menenggelamkan diri ke laut, tadi malam. kini rasa bersalahku semakin menjadi-jadi. seandainya aku tak meninggalkannya kemarin,Nina pasti akan baik-baik saja. AAARRRGGGHHH...maafkan aku,Nina. aku segera menjalankan motorku dengan kecepatan penuh, menuju rumah sakit. tanpa sadar, aku telah meninggalkan Sharon dirumah Nina. aku takkan memaafkan diriku, jika terjadi sesuatu dengan NIna ku. setibanya dirumah sakit, Nina tengah duduk di tempat tidur, bersama laptop yang tengah di operasikannya. dia sedikit terkejut melihatku datang. aku segera memeluknya. tak peduli apa yang tengah dikerjakannya. "maafin gue, na..coba gue gak ninggalin lu kemaren...!!" "apaan si lo?!. justru gue benci, gue masih hidup!" katanya sambil melepaskan pelukanku. aku terbelalak.. "kenapa ngeliatin gue kaya gitu?". tanya nya. "gue gakkan ngebiarin lo mati!!". kataku. dia tertunduk,terdiam. "gue sakit,Raff!!.gue gak sanggup hidup jadi lesbian!!". Nina terisak. "gue gak peduli!. lo mesti hidup buat gue!. karena gue sayang sama lo!. gue cinta!". kataku. kini NIna yang membelalakan mata. dia seolah tak percaya. lalu dia kembali tertunduk. "kalo gitu lo mau jagain Sharon buat gue?gue pengen lo jadian sama Sharon!" "lo yang harus jadian sama dia!. gue gak mau liat lo menderita!" "gue seneng kalo lo jadian sama Sharon!. karena gue mau pergi!". kata Nina sambil memegangi dadanya. dia terlihat susah bernafas. "kemana? lo mesti tetep disini. gue gak bisa hidup tanpa lo!!", kataku,terkejut melihatnya terus memegangi dada. sepertinya sangat sakit. tiba-tiba saja badan Sharon terkulai lemas. dia jatuh keyempat tidur dari posisi duduknya. aku terkejut. aku segera memeriksa matanya, memeriksa denyut nadi, dan nafasnya. aku segera memanggil dokter setelah mendapati udara tak lagi berhembus dari hidungnya. lalu dengan panik, aku memanggil suster. dan memelukknya stelah suster berkata dia ttelah mati. aku mejerit. aku menangis. aku memeluknya. dan tak henti ucapkan namanya. aku tak ingin kehilangan Nina. hanya dia yang mampu membuatku tersenyum. namun takdir berkata lain. aku tak berkutik,selain pasrah. ternyata dia sengaja menelan obat penenang yang melebihi dosis. dan aku akan mengingat dan melaksanakan pesan terakhirnya untuk menjaga Sharon...