Pages

CERPEN ASYIK

AKU BUKAN PILIHAN

Malam terasa begitu dingin seakan – akan buat seluruh penumpang didalam bis jurusan Jakarta – Surabaya itu tambah nyenyak tidurnya dalam lewati perjalanannya. Tak terkecuali juga dengan cowok kurus yang berperawakan mirip vocalis Kangen band (sebuah group band papan atas yang sedang naik daun dibelantika musik Indonesia saat ini).           Kepergiannya Yoex ke Jakarta bukan semata – mata untuk recording sebuah lagu atau untuk masukin master lagu yang sering dia ciptain tapi kepergiannya ke Jakarta hanya untuk melamar Dewi tambatan hatinya yang dia kenal 2 tahun yang lalu ketika Dewi masih sekolah disebuah SMU dikampung halamannya. Pertemuan mereka terjadi ketika Yoex singgah kerumah saudaranya yang kebetulan rumah saudaranya itu tidak terlalu jauh dari rumah Dewi dan disitulah mereka bertemu hingga saling jatuh cinta dan membangun hubungan kasih mereka hingga 2 tahun lamanya.           Hari demi hari mereka lalui dengan kasih sayang serta saling percaya karena menurut mereka rasa saling percaya dan komunikasi adalah faktor utama dalam menjalin hubungan jarak jauh seperti mereka. “tit..tit..tit..” terdengar bunyi dari sebuah handphone usang milik Yoex “Dah maem ma shalat sayank..?” terdengar suara lembut yang tak asing dikuping Yoex “Dah…sayank juga dah maem ma shalat …?” Timpal Yoex “Dah…ya udah aq mao kerja dulu coz ni dah telat” timpal balik Dewi seraya matiin HPnya dan berlalu pergi karena sudah jam kerja..           “cikokol..cikokol…cikokol…” keras suara kondektur mengagetkan tidurnya Yoex yang semalam terlihat nyenyak karena dinginnya angin malam “ah…hampir nyampe nech..” gumam Yoex dalam hati seraya buru – buru ambil tas dan jaket dan bersiap – siap untuk turun karena terminal Kali Deres hampir lagi sampai.           Terik panas matahari serta bau asap kendaraan yang lalu lalang dengan sibuknya semakin membuat panas hari ini. Tapi terik matahari gak menyurutkan keinginan Yoex untuk segera bertemu kekasih hatinya setelah hampir 8 bulan mereka berpisah karena Dewi harus berangkat ke Tangerang untuk kerja disebuah perusahaan konveksi terkenal di Tangerang. “akhirnya nyampek juga…” kata Yoex dalam hati setelah hampir 3 jam bolak – balik nyari alamat kekasih hatinya. Didepan sebuah rumah kontrakan sudah menunggu gadis bertubuh kecil dengan senyum penuh kebahagiaan ketika melihat pujaan hatinya terlihat dari kejauhan dan tanpa pikir panjang Dewi menghampiri Yoex dan ketika mereka berdua berdekatan Dewi memeluk Yoex saking bahagianya Dewi netesin air mata ‘jangan menangis sayank karena aq udah ada disini” ucap Yoex seraya menghapus air mata yang menetes dipipi Dewi “aq menangis bahagia karena selama ini aq kangen banget ma kmo..” tandas Dewi yang hari ini sengaja ijin libur untuk menunggu kedatangan Yoex ”aq pun juga kangen ma sayank” sanggah Yoex seraya merangkul Dewi menuju tempat tinggalnya Dewi.           Rumah kontrakan yang berukuran 6x8 meter serasa ada keceriaan setelah mulai pagi rumah itu tampak lengang karena bapak ibunya Dewi berangkat kerja. Canda tawa warnai isi rumah itu ketika mereka berdua saling bercerita melepas rindu setelah sekian lama mereka hanya berkomunikasi lewat handphone dan kini mereka berdua telah dipertemukan lagi.           Sore menjelang dan matahari pun mulai memerah diufuk barat dan adzan magrib pun berkumandang menandakan sudah waktunya shalat maghrib dan mereka pun bergegas untuk ambil air wudlu dan melakukan shalat berjemaah seperti yang pernah mereka lakukan dulu ketika mereka masih dikampung.           Jam hampir menunjukkan jam 7 dan dari luar terdengar suara motor dan dengan sesaat muncul dua sosok tubuh yang tak lain adalah bapak ibunya Dewi yang baru pulang kerja, tanpa aba – aba Yoex dengan bersalaman dengan mereka berdua dan memperkenalkan diri kalau kedatangan dia kesini untuk meminang Dewi secara pribadi dan sekaligus menyampaikan salam dari orang tuanya Yoex “Kedatangan saya kesini adalah untuk menyambung tali silaturrohim” ungkap Yoex dengan nada halus “maksudnya…?” sergah ibu Dewi “saya ingin melamar putri bapak ibu dan sekaligus ingin menyampaikan salam dari orang tua saya” jawab Yoex dengan ramahnya “salam apa…?” tampak kerutan dikening mereka menandakan bermacam pertanyaan yang ada didalam pikiran mereka “ada salam dari bapak ibu, mereka berharap bapak ibu bisa pulang kampung untuk meresmikan hubungan saya dengan Dewi” sanggah yoex dengan wajah penuh harap cemas. “gimana ya..jujur kami tidak bisa pulang dan begitu pula kami juga tidak bisa menerima kamu sebagai menantu kami” jawab mereka dengan tegas dan pernyataan mereka membuat Dewi juga Yoex saling menatap seakan ada rasa tidak percaya atas semuanya karena selama ini orang tua Dewi enjoy – enjoy atas hubungan mereka berdua, “sebelumnya saya mohon beribu – ribu maaf karena telah lancang terhadap bapak ibu menanyakan hal ini tapi apa sebenarnya yang menjadi alasan bapak ibu sehingga tidak bisa merestui hubungan ini…?” Tanya Yoex dengan nada halus. “kami tidak bisa beri alasan karena itu hak kami” sergah ibu Dewi dengan nada yang agak tinggi “Dewi..sekarang juga kamu pilih orang tua atau dia” Tanya ibu Dewi dengan tangan kiri menunjuk muka Yoex seraya tangan kanan memegang pinggangnya dan dengan nada yang sangat tinggi sekali lagi dia bertanya “jawab Dewi…kamu pilih kami atau pilih dia” sekali lagi menunjuk Yoex, Dewi hanya bisa terdiam tundukkan kepala dan kedua bola matanya tak mampu menahan air mata yang jatuh terurai, diam…hanya diam yang bisa dia lakukan “sayank…jawab pertanyaan ibu” ucap Yoex dengan nada pelan seraya memegangi kedua tangannya “jawab sayank..jawab” dengan penuh tanda Tanya Yoex terus memaksa Dewi untuk menjawab satu pertanyaan yang memang cukup sulit tapi mulut mungil itu tak mampu mengeluarkan kata – kata dan hanya mampu menangis.           Satu jam sudah semuanya duduk terdiam diruang tamu yang berwarna pink itu tak ada sepatah kata pun terlontar dari mulut mereka hingga Yoex mencoba memecah kesunyian itu, dengan memegang erat tangan Dewi yoex berkata “sayank…aq tau semua ini terlalu berat untuk dipilih tapi kita juga gak mungkin selamanya hidup dalam keadaan seperti ini..sudah waktunya sayank bicara apa yang sebenarnya ada didalam hati sayank, ikuti kata hati sayank karena itulah diri sayank yang sebenarnya meskipun harus ada yang tersakiti” ucap yoex dengan penuh sabar, dan sekali lagi yoex berkata”aq gak akan pernah maksa siapapun untuk berada disamping aq termasuk juga sayank karena aq gak ingin ada penyesalan suatu hari nanti atas apa yang kita pilih sekarang” ucap Yoex dengan nada suara rendah seraya memegang kedua pipi yang dibasahi air mata itu.“aku……...aku……” bibir itu seakan tak kuasa ucapin semuanya “apa sayank…apa…?” sergah Yoex seraya memegang erat kedua pipi Dewi “aku……aku….aku milih ortu aku….”ucapnya menagis sambil berlari menangis menuju teras rumah.Mendengar ucapan Dewi yang kluar dari bibir mungilnya Yoex seakan tak percaya atas semuanya karena dia jauh – jauh dari pulau seberang datang ke Tangerang hanya untuk mempertanyakan atas keyakinan mereka selama ini bahwa mereka akan tetap bersama apapun yang terjadi tapi semuanya sudah berubah dan keyakinan itu sudah tak ada lagi.           Dengan wajah tegar Yoex datang menghampiri Dewi meskipun jauh didalam hatinya hancur lebur bersama waktu dan kenangan yang pernah mereka lewati dulu. “sayank…sekarang semuanya udah jelas dan aq udah tau apa sebenarnya yang ada dalam hatimu…terima kasih atas semuanya selama ini Karena udah ngajarin aku tentang arti cinta yang sebenarnya meskipun pada akhirnya aku harus mencoba bertahan sendirian lewati semuanya…jauh dalam hati aku gak pernah menyalahkan sayank juga ortu sayank yang gak bisa milih aku karena aku emang gak pantas menjadi pilihan…”“biarlah semua yang ada dihati ini tetap menjadi yang terindah dalam hidupku dan sampaikan kapan pun engkau akan tetap jadi yang terindah dalam hidup juga hatiku…maafkan aku yang tak pernah bisa menjadi pilihanmu…aku harus pergi dan jangan pernah tangisi semua ini karena yang terindah akan selalu tetap dalam hati hingga kita mati..selamat tinggal sayank dan semoga sayank menemukan arti hidup yang sebenarnya” setelah ucapkan itu semua Yoex dengan senyum dimulutnya seakan – akan menghibur Dewi agar jangan bersedih lagi dia pun menjulurkan tangan untuk pamitan pulang meski capek penuhi tubuhnya karena perjalanan jauh yang ditempuhnya untuk bertemu kekasih hatinya tapi keadaan yang memaksa dia untuk pergi. Dewi hanya bisa menangis dan tak mampu berkata meski sepatah kata pun matanya terus menangis memandang Yoex yang mulai berlalu pergi dengan membawa sepasang cincin serta luka hatinya.           Malam semakin dingin dan dari kejauhan tampak seseorang duduk disamping sungai Kali Deres yang tak lain adalah Yoex yang sedang duduk seakan tak mampu berjalan lagi menahan sakit yang ada dihatinya. Dia duduk terdiam dipinggir Kali Deres dengan menyedot rokok dalam – dalam. Dalam hatinya bergeming “ya Allah kenapa semuanya harus terjadi…kenapa…???” “saikt ya Allah...sakit…Hambamu ini lemah ya Allah..” sambil menangis dia seakan akan menangisi nasibnya hingga akhirnya dia pun teringat ucapan kakak perempuannya kalau “APA YANG KITA RENCANAKAN TAK SEINDAH RENCANA ALLAH DAN KITA MANUSIA HANYA MAMPU BERUSAHA TAPI SEMUANYA ALLAH YANG NENTUIN” setelah itu dia terdiam dan memandangi dua cincin yang dia bawa untuk melamar kekasih hatinya, tanpa pikir panjang dia langsung masukin kedua cincin itu kedalam sakunya dan langsung melompat kedasar sungai Kali Deres sambil berteriak “SELAMAT TINGGAL MASA LALU..”.            Waktu demi waktu pun berlalu dan lupakan semua yang terjadi karena sekarang hampir 2 tahun Yoex mulai bisa melupakan semua mimpi – mimpinya bersama Dewi dan sekarang pun Yoex lebih banyak konsentrasi pada dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik lagi karena cukup sekali dia terjatuh dan jangan sampai terjatuh lagi di lubang yang sama. From Yoex to Dewi in Tangerang :Selamat tinggal sayank…Semoga kau temukan apa yang selama ini kau cari…biarlah semua mimpi – mimpi tentang kita tetap jadi yang terindah dalam hatiku…kau tetap yang terindah untukku…  SEKIAN