Pages

Foto foto lama wkwkwkwk


       Tangan ini kembali bisu dan tak bisa bicara banyak. Entah hal apa yang telah membajak hatinya untuk berbicara seperti sedia kala saat perasaan sedang bergemuruh. Jemari ini pun hanya diam menanti, menunggu sinyal yang dikirimkan lewat darahku. Dan mata ini hanya terpaku pada layar putih, tanpa sekali pun berkejap, sebab fokusnya berada pada dunia lain. Dunia itu tak bernama, tak pernah diberi nama, selain angan-angan.

       Sebenarnya, sudah hampir beberapa jam, denyut di kepala ini bergeming dan meminta seluruh isinya ditumpahkan. Namun, entah mengapa, perasaan ini seperti lebur dalam ruang yang tak bisa kuidentifikasi namanya, situasinya, dan rupanya. Aku tersadar oleh rona mataku yang sesaat basah oleh linangan air mata. Entah darimana asalnya aku juga limbung. Ternyata, perasaanku juga tipis dan rapuh seperti selaput lilin.

     Hingga detik dalam tubuh jam dinding membangunkan aku dari alam tidak sadarku. Perjalanannya dalam ruang waktu telah membuat aku bangun dari mimpi yang tak bisa kuuraikan. Jujur, aku merindukan seseorang. Seseorang yang sangat mewarnai perjalanan hidupku. Manusia yang kusebut setengah dewa karena kejujuran dan kesempurnaannya seindah rupanya yang mempesona.

     Aku tidak pernah membayangkan untuk bisa bertemu dengannya, apalagi dekat dengannya. Tak pernah sedetik pun aku akan mengenalinya lebih dekat, sedekat udara yang berhembus pada tubuhku yang berubah menjadi nafasku. Nafas itu yang membuatku aku hidup. Dan kini, kehadirannya telah merasuki seluruh hidupku, bahkan seluruh jiwaku. Jiwa yang kupunyai menjadi rapuh pada jalinannya. Padahal, aku sudah menyusunnya dalam rak jiwa. Rak itu telah terbangun dengan rapi dan kokoh. Namun, nafas kehadirannya telah mengubah semua posisi dan komposisi yang telah terjalin. Dan aku menjadi rapuh, luluh oleh senyumannya yang menawan dan membuat aku lunglai.

    Kutersadar bahwa cinta adalah rangkuman hidup ini, inti dari segala permasalahan dunia. Ia menjadikan semuanya menjadi mungkin. Love makes everything is possible. Ia mengubah semuanya menjadi indah dan terang, seterang mentari pagi saat bangun dari peraduannya. Ia mampu membangkitkan jiwa yang lemah untuk kembali tegar, hidup yang sulit menjadi mudah, dan mata yang redup menjadi ceria. Aku tidak pernah memikirkannya begitu dalam seperti saat ini.


      Saat rasa cinta itu hinggap pada tabir dan tirai-tirai relung asaku, aku hanya menduga bahwa itu tidak lebih dari penghias saja, seperti renda-renda pada bibir kain yang menjulur, mengajak udara bermain-main sejenak, dan akhirnya terdiam saat dingin menyergap di malam hari. Aku pun begitu. Kepolosan hati ini membuat aku tidak menyadari bahwa saat cinta menyelinap pada balik udara, aku telah terbius dunia baru yang selama ini tidak pernah kusadari. Barangkali, aku adalah manusia bodoh yang tak pernah seklaipun membukakan mata untuk melihat sisi terang sebuah cinta dan makna kehadirannya pada sanubari.

      Mungkin, aku adalah orang yang menutup telinga pada dentingannya yang menggema. Saat suaranya menggebu-gebu menyuarakan kisah cintanya, aku malah menjauhkan diri dan mengasingkan diri pada perjalanan yang tak penting. Namun, ketika ia merayap pada sela-sela imanku, aku baru tersadar bahwa cinta itu telah mengubah banyak hidupku. Ia membawaku pada alam mimpi yang seolah nyata dan hidup. Ia membuatku menjadi orang yang memiliki seribu nyawa dan kekuatan yang berlipat ganda. Padahal, aku selalu berpikir bahwa cinta hanyalah sebuah kata yang ditemukan oleh orang iseng untuk menipu diri sendiri dan membiarkan mereka terperangkap pada penjara lusuh dan berkarat. Mereka tidak akan pernah hidup lebih dari mimpinya sendiri. Namun, saat ia menawariku keindahan dan kekuatannya, tak pernah sedetik pun aku menolaknya. Kehadirannya benar-benar membuat mataku terbuka, begitu pula dengan imanku.

        Cinta bukanlah masalah logika lagi. Cinta adalah logika itu sendiri. Tidak perlu dipisahkan. Cinta itu adalah dunia yang sesungguhnya kita cari. Kehadirannya bagai matahari pada dunia gelap, seperti hujan pada musim kemarau. Ia membangunkan semua mata yang terlelap menjadi riang.

     Cinta itu juga yang membawa obor kemenangan pada kekakuan hidup yang tak bermakna. Kehidupan yang selama ini kita jalani hanyalah kepalsuan yang nyata. Kepalsuan yang selalu kita tutupi dengan keangkuhan kita. Padahal, dunia tanpa cinta adalah kosong, seperti gelembung udara pada busa.


    Itulah dirimu. Seseorang yang telah membuat aku limbung. Limbung karena aku tidak mengenal diriku yang dulu. Diri yang selalu kuanggap gagah dan mempesona. Padahal, baru sedetik tadi, aku menemukan diriku yang lain. Diri yang sebenarnya adalah inti kehidupanku. Cinta itu benar-benar mukjizat. Selama bertahun-tahun, aku selalu menyimpan rahasia cintaku padamu karena ku ragu dengan keyakinanku pada cinta.

    Namun, saat ia mengajakku padamu, aku seolah menemukan kepercayaanku yang telah lama hilang, luntur, dan pudar oleh diriku sendiri. Aku seolah bertenaga berlipat kali ganda. Rasanya, tidak ada kekuatan lain yang mampu menandinginya. Tangis dan tawa adalah bumbu-bumbu yang dia sajikan pada menu kehidupannya. Itulah yang sedang kurasakan.

     Saat kau hinggap pada bilur ruang persembunyianku, aku memberanikan diri untuk bersamamu. Namun, sentuhanmu yang tersisa ternyata menbuatku tersiksa. Bayangan tentang dirimu, membuat aku menjadi letih dan tidak mau makan. Kedekatanku denganmu semakin membuat aku kangen dan rindu yang berlipat kali ganda.

    Sungguh, aku takut  kehilanganmu. Cinta itu telah membuat aku merindukanmu. Membuat semua yang tidak mungkin menjadi nyata. Seolah kekuatan yang selama ini kumiliki hanyalah sebatas sinar rembulan di malam hari. Namun, saat kau menghiasi hari-hariku, ia seperti matahari yang menggelora, membakar semangatku untuk melakukan yang terbaik bagimu tanpa pernah berharap pada imbalan yang akan kuterima. Meski badai, hujan, siksaan akan datang menyerang, aku akan tetap berjuang demi cintaku padamu. Sebab tak semua orang memahami apa itu cinta, selain ungkapan perasaan saja. Namun, bagiku kehadiran cinta pada jiwaku, adalah alas kehidupanku yang sebenarnya. Alas yang menjadi pijakan hatiku untuk melangkah, berkorban, dan berjuang untukmu.

    Kau mengajakku pada pagi itu. Aku begitu takjub dan senang. Akhirnya pertemuan itu menjadi puncak hasratku untuk menemukanmu, tak lagi sekedar berharap dan mengukir asa di awang-awang. Hatiku begitu tersipu-sipu. Jiwaku seolah tak percaya. Kau memintaku datang dengan penuh kegembiraan. Suaramu menjadi serupa bintang-bintang di malam hari, bertebaran begitu indah dan memukau. Keanggunan suaramu membawa kehangatan yang tak pernah kumiliki dulu, sebuah kehangatan purba yang diimpikan oleh semua insan.

     Di telingaku, suaramu bergema mengalir ke relung hatiku dan mengendap di sana. Gema senantiasa bergaung setiap kali bayangan wajahmu melintas dalam benakku. Aku tidak sabar menunggu kebersamaan denganmu. Dan hari itu, menjadi salah satu sejarah terpenting dalam hidupku, tertawan oleh cinta dan terbuai dalam kepungan serbuk cintanya.

     Kau tersenyum saat melihatku datang. Keceriaanmu terpancar begitu menawan. Senyumanmu mengulum memesona. Aku tidak tahu, apakah aku yang salah tingkah atau menilaimu berlebihan. Kau bukanlah orang yang biasanya kulihat. Kau berubah menjadi sosok yang hanya kutemukan dalam mimpiku. Sapaanmu membawaku untuk menelusurimu lebih jauh lagi. Dan aku terhanyut oleh arus sambutan hangatmu. Aku putuskan untuk menyelam lebih dalam di dasar sungai jiwamu. Kau tidak tahu betapa detik-detik itu tak ingin kulalui dengan sia-sia. Ingin kurengkuh jiwa dan tubuhnya dan kubawa dalam dasar hatiku, untuk kusimpan dan tak mau kulepaskan lagi.

     Dan tiba-tiba, sentuhan tanganmu membuatku semakin terbius. Entah berapa lama lagi aku harus merasakan ini. Dentuman denyut nadiku membuatku serasa mati. Mati bukan karena aku tidak bisa merasakan apa-apa, namun karena aku dibius dan dibalut oleh rasa cinta yang tidak bisa kugambarkan. Kau, membuatku menjadi manusia lain, manusia yang tidak pernah kutemukan dalam diriku. Ingin rasanya aku hidup bersamamu dan tidak mau lepas dari sentuhanmu.

     Dan saat itu,kurekam setiap detik yang terjadi lewat mataku. Senyumanmu, tutur katamu, gerakanmu, dan setiap inci tubuhmu. Aku menjadi begitu detil denganmu. Aku menjadi larut dalam dirimu. Dan engkau tahu, aku benar-benar tergila-gila padamu.

     Dan aku begitu membenci hari itu. Sejak kedatanganku, waktu sepertinya tak bisa diajak berkompromi. Tiba-tiba malam sudah menjelang. Aku tersadar bahwa aku tidak akan mungkin menemanimu dan bahkan bersamamu. Waktu akan segera memisahkan kita. Aku begitu benci dengan detik-detik yang berlalu dengan cepat. Rasanya, baru sejam yang lalu aku bersamamu. Itu pun belum memuaskan hatiku. Cinta memang benar-benar membuatku tidak pernah puas dengan yang terjadi.
     Dan akhirnya, kebencianku pada waktu tidak serta merta membuatku menyerah. Waktu mungkin memisahkan kita hari ini, tapi di hari berikutnya, mungkin akan banyak kisah yang tercipta, lewat pertemuan-pertemuan berikutnya. Aku sungguh menyayangimu, mengagumimu, dan tak rela membiarkanmu sendiri. Sosokmu telah menjadi satu dengan darahku. Aku begitu terkesima, terpukau, terkagum-kagum, dan barangkali, aku memang telah jatuh cinta padamu. Mungkinkah ini realita yang harus kuhadapi? Sanggupkah aku mempertanggungjawabkan perasaan ini pada diriku, terlebih lagi pada dirimu? Mampukah aku membawamu ke dalam kehangatan cinta yang telah kuimpikan? Barangkali, saat ini, aku mungkin menunggu. Dan harapanku hanya satu, kau adalah milikku. Kan kuperjuangkan nyawaku untuk dirimu. Tak kan kubiarkan waktu merebutmu. Takkan kulepaskan insan lain membawamu. Kau adalah tulang rusukku yang telah lama hilang. Kau akan kutempatkan di sisiku, di hatiku, dan di jiwaku.

Taman Cinta

Taman Cinta

Cerpen Toto Sugiharto, R, Dimuat di Suara Pembaruan  03/14/2004Jika engkau ingin tahu siapakah orang yang benar-benar mencintaimu, datanglah ke taman cinta. Di taman itu engkau tidak perlu bersusah payah mengucapkan kata cinta karena pertemuanmu dengan pasanganmu di taman itu adalah bukti dari terjalinnya cinta di antara kalian.Banyak orang kecewa di sana. Sebab, mereka tidak bertemu dengan seseorang yang sebelumnya mengaku mencintai diri mereka. Tidak sedikit orang, lelaki dan perempuan, menjadi kaget dan putus asa setelah melihat orang yang dahulu dicintainya ternyata berpaling kepada orang lain yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya. 
    Mereka berpaling dari pasangan semula karena mereka lebih mencintai orang lain, dan begitu pula sebaliknya.Sebagian besar orang menganggap taman cinta juga tempat menguji cinta tiap-tiap pasangan sehingga ada juga yang menilai tempat itu sama saja dengan tempat hiburan pada umumnya. Tempat untuk berkencan atau kongkow-kongkow. Dan, acap kali terjadi insiden, mulai dari pertengkaran kecil hingga perkelahian, duel, adu fisik. Celakanya, pihak yang terlibat percekcokan juga ada kalanya hanya antara dua orang. Meski tidak jarang pula melibatkan tiga orang atau empat sampai lima orang. Dan, tentu saja, pokok soal dari insiden itu berawal dari persoalan, apalagi kalau bukan masalah, cintrong.Ada juga cerita yang menggelikan. Beberapa pasangan yang bertemu kembali untuk menemukan cinta sejati mereka adalah saat-saat mereka saling jatuh cinta di usia belia, di saat orang-orang menilai cinta mereka sekadar cinta monyet. Atau, banyak juga yang sepulangnya dari taman itu hanya gigit jari lantaran mereka tidak mendapatkan kembali pasangan, yang mereka kira masih mencintai mereka.Ya, taman cinta namanya. Jangan salah omong. Taman cinta berbeda dengan taman asmara, seandainya tempat yang disebut kedua itu juga ada. Atau, lebih-lebih, maaf, taman seks. Engkau bisa mendapatkan informasinya melalui website http://www.tamancinta.com.Taman itu secara fisik sama saja bentuknya dengan taman-taman pada umumnya yang dibangun di kota-kota atau di tempat-tempat wisata. Persis yang ditulis seorang jurnalis lengkap dengan fotonya di sebuah koran lokal. Ada banyak, atau lebih tepatnya dikatakan cukup atau proporsional, pepohonan tumbuh di taman itu. Rumput-rumput. Batu. Pondok-pondok yang juga menawarkan beraneka jenis makanan serta minuman, atau semacam pos-pos tempat berteduh dan bermalam. Juga, ayunan atau peralatan bermain untuk anak-anak dan keluarga serta fasilitas hiburan dan mandi-cuci-kakus.Jangan ditanya tentang desir angin yang menghanyutkan atau cericit burung di antara ranting-ranting pohon perindang. Juga, bola matahari yang tinggal separo di cakrawala bila senja tiba. Atau, bulan di langit berbintang diselingi dering serangga dan lenguhan burung malam serta lolong anjing dan serigala tatkala malam menyelimuti taman itu. Dan, ini, gemericik air yang mengalir di sungai kecil yang berkelok-kelok, membelah taman itu menjadi dua bagian namun tidak terpisahkan. Semuanya ada di taman cinta.Taman itu terletak di lereng bukit. Bukit itu bagian dari tepi atau punggung dari sebongkah gunung berapi. Udara dingin akan menyergap kulit tubuhmu bila hari berganti malam atau di waktu fajar. Sebaliknya, kesejukan akan menyelimuti kulitmu di saat siang. Dan, waktu pun terasa tidak beranjak sehingga engkau merasakan betapa singkat pertemuan kalian di taman itu.Sekali lagi, taman itu adalah sebuah tempat untuk menguji cinta sejati, tempat untuk bertemu dengan orang yang mencintaimu dalam hidupmu di dunia yang fana. Oleh sebab itu, tidak lucu kalau kalian berangkat bersama-sama. Kalian harus berangkat sendiri-sendiri karena dalam kesendirian kalian akan merenungkan dengan lebih jernih untuk memperkirakan atau membayangkan tentang siapa sebenarnya orang yang benar-benar mencintaimu.Jika engkau perempuan, engkau akan disambut oleh seorang lelaki gagah dan tampan. Namun, engkau tidak bisa mengenali wajahnya karena ia bertopeng. Ia memakai topeng Raden Panji Inu Kertapati alias Panji Asmarabangun. Jika engkau lelaki, maka seorang perempuan cantik dan anggun akan menyambutmu. Perempuan itu juga memakai topeng. Dia menyembunyikan raut mukanya dengan topeng Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana. Mereka akan memberi beberapa petunjuk atau semacam pengantar dan cara bagaimana engkau bisa mencapai taman cinta dan bagaimana cara kembali dari tempat itu.Maka, engkau tinggal menyusuri jalan setapak, di antara semak belukar dan pohon-pohon tinggi. Jarak tempat itu juga relatif. Bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam, tapi bisa pula ditempuh dalam waktu berbulan-bulan. Sebab, hanya di antara engkau yang membulatkan niat dan kemauan berusaha yang dapat memasuki taman cinta.HALNYA berbeda dengan diriku. Keberadaanku di taman cinta adalah untuk merawatnya sekalian melihat-lihat pertemuan pasangan-pasangan itu, juga mengisahkannya kepadamu. Atau, katakanlah, karena memang demikian orang menyebut diriku: juru kunci taman i.Tentu hanya sebagian dari pertemuan pasangan-pasangan itu yang dapat kuceritakan kepadamu. Seperti kisah pertemuan penyair dengan bekas istrinya yang dicerainya dulu.Lihatlah, penyair itu bertemu kembali dengan bekas istrinya. Mereka bercerai karena istri penyair itu berselingkuh dengan seorang lelaki asing, yang tidak dikenal penyair. Mereka bertemu kembali di taman itu sebagai bukti cinta sejati perempuan itu tidak bisa dipadamkan. Sebab, begitulah cinta sejati tumbuh di hati mereka, yakni ketika mereka sama-sama dirundung susah dan miskin. Sampai tibalah saatnya godaan datang. Rayuan gombal menyerbu perempuan itu dari mulut lelaki yang sudah lama mengincar dan bernafsu memiliki perempuan itu dengan cara merebutnya dari mahligai rumah tangga penyair yang sudah dikaruniai seorang anak.Hidup susah dan miskin mengakibatkan istri penyair naik pitam kepada suaminya yang mengandalkan hidup dari menulis sajak. Maka berpalinglah perempuan itu dari kehidupan penyair dengan merelakan tubuh dan jiwanya direbut untuk dimiliki lelaki kaya itu.Lihatlah, penyair dan bekas istrinya itu bercengkerama. Mereka bergurau dan saling berbagi cerita setelah sekian lama mereka hidup terpisah dengan kesibukan rumah tangga mereka yang baru, di bentangan dua kota yang berjarak ratusan kilometer.Dengarlah obrolan mereka, seperti berikut ini,"Sejak awal aku sudah membayangkan kemungkinan bertemu denganmu," bisik penyair itu.Perempuan itu tersenyum."Kini aku tahu takdirku, takdir kita. Bertemu kembali denganmu. Pasangan jiwaku," bisik penyair itu lagi.Perempuan itu tersenyum lagi."Kenapa hanya senyam-senyum saja? Ayo, ceritalah tentang rumah tanggamu, anak-anakmu, juga anak sulung kita yang kau rawat.""Kamu sama saja. Seperti dulu. Perayu kawakan.""Begitu? It's up to you. Aku tak akan memaksa. Oh, sorry. Bukankah kamu juga belum tentu memutuskan untuk kembali kepadaku?"Perempuan itu terdongak. Ia melepaskan diri dari pelukan penyair itu."Sorry, Nduk. Kumohon jangan salah paham. Perasaanku....""Perasaanku juga begitu. Aku tak berani memimpikan itu lagi. Kembalilah kamu kepada istrimu. Anakmu juga masih kecil. Mereka masih membutuhkan kamu.""Please, jangan salah paham, Sayang.""Tahukah kamu, kenapa aku dulu berpaling darimu?""Karena aku miskin dan bikin susah kamu?""Bukan.""Lalu apa?""Karena aku kesepian. Bukankah kamu lama mengembara, mencari jati diri sebagai penyair?""Kalau begitu, aku salah menilai dirimu. Sebab, sejak itu aku dendam pada kesusahan dan kemiskinan. Sehingga, sepeninggal kamu, muncul hasutan dalam hatiku, aku harus mencari uang sebanyak-banyaknya. Jalan untuk itu tidaklah sulit ii. Aku mencari uang dan menumpuk harta. Kini, semua telah kumiliki karena dendam. Aku hanya melunaskan dendamku kepadamu, Sayang."Perempuan itu menangis. Kedua matanya menitikkan air bening.Wahai kehidupan. Aduhai penderitaan. Apakah kehidupan penyair itu penuh dengan penderitaan?Tapi, penyair itu tidak memedulikan perempuan, bekas istrinya. Ia begitu saja mencerocos, melanjutkan kalimatnya, "Dari waktu ke waktu. Seiring tumbuhnya ambisiku menumpuk harta, aku meluapkan nafsuku untuk memasuki kehidupan politik. Kuakui, aku merasakan sesuatu yang asing pada diriku. Dunia politik dan sastra memang bertentangan. Meski dalam kehidupan sastra kita jumpai klik-klik atau semacam intrik ala dunia politik. Sehingga, tidak sedikit orang menilai aku sedang memolitisasi sastra dan sebaliknya, mengemas cara berpolitik dengan lebih indah dan beradab....""Sudahlah, Mas, cukup."Tapi, sekali lagi, penyair itu tidak peduli. Ia memuntahkan semua pengalamannya pascakehidupan rumah tangga mereka."Aku terjebak pada sentimentalitas. Padahal, dalam dunia politik tidak dikenal sentimen-sentimen macam itu. Aku memang cengeng. Karena itu aku mengawali karier politikku dengan keyakinan bahwa politik adalah kekuasaan yang diraih dan diperjuangkan untuk membebaskan masyarakat dari ketidakadilan. Tapi, aku juga menyangka seorang penguasa yang otoriter dan diktator bisa dimaafkan. Karena, bukankah Tuhan juga mengampuni umat-Nya yang bertaubat? Tapi, kisahku lain. Dalam politik tidak bisa begitu. Meskipun substansinya begitu. Dalam politik perlu basa-basi, perlu banyak topeng yang bisa kita pakai dalam waktu yang tepat dan proporsional. Dalam politik seperti itulah aku menemukan kegagalanku. Aku baru menyadari keterbatasanku. Dan, orang-orang membenciku. Aku kesepian lebih dari kesepian yang mendera hatimu, Nduk. Aku gagal.""Kamu masih ada waktu.""Tidak. Mereka tak mau lagi mempercayaiku. Kini, aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Aku hanya bekas seorang penulis puisi."ROMANTIS, kan? Juga, lumayan sentimentil. Pertemuan yang mengharukan. Melodramatis.Pertemuan kalian, engkau dengan orang yang mencintaimu, mungkin akan lebih mengharukan. Dan, tentu saja, seperti kisah pertemuan penyair dengan bekas istrinya, maka kalian juga berhak menetapkan pilihan untuk kembali hidup bersama, melanjutkan biografi cinta kalian atau berpisah, menempuh hidup sendiri-sendiri. Jika kalian menetapkan pilihan untuk kembali hidup bersama, maka kalian akan menikmatinya, hidup bahagia di taman cinta dan abadi untuk selamanya. Kalian akan menjadi manusia baru tanpa perlu menoleh sejarah yang laluiii. Sebaliknya, jika kalian mantap dengan pilihan kedua, maka kalian akan kembali menjalani hidup sehari-hari di dunia yang fana. Segalanya dikembalikan kepada kalian. Segala kemungkinan masih bisa terjadi di taman cinta. Bukalah website kami di http://www.tamancinta.com. Ikutilah segala petunjuknya. Datanglah....Yogyakarta, November 2003Catatan:i Dalam drama Topeng Kayu karya Dr Kuntowijoyo terdapat tokoh Juru Kunci Taman.ii Dikutip dari dialog Joki Tobing (diperankan Rendra) kepada Widuri (dengan aktris Marini) dalam film Terminal Cinta yang diangkat dari novel Ashadi Siregar.iii Tokoh Juru Kunci Taman dalam drama Topeng Kayu karya Dr Kuntowijoyo mengatakan, "Tuan dan Nyonya akan menjadi manusia baru tanpa perlu menoleh sejarah yang lalu."***

Saat Es Krim Itu Mencair

Saat Es Krim Itu Mencair

Seminggu yang lalu...

     "I'm Out!" tegas Decha dengan yakin. Kata kata itu membuat seluruh personil Eka Voices kaget,"Kamu yakin?" ujar Elis,"Oh,definitely. Aku kini sudah terkenal. Aku sudah terikat kontrak kerja dengan beberapa produksi recording. Kini,aku bukan lagi bagian dari kalian. Because me,will be a big diva!" ujar Decha. Semuanya menggeleng,
"Kamu yakin tidak akan menyesal?"ujar Ade
"Untuk apa??? Tak ada gunanya." ujar Decha seraya keluar ruang Auditorium dengan angkuh. Semua anak mulai pasrah kekurangan 1 personil,"Dia itu lupa apa? Kalo dulu dia gak masuk Eka Voices,kalo gak karena Riana,dia pasti gak jadi artis!" ujar Ricky kesal sambil membanting gulungan kertas. Riana menunduk.

***"Bagaimana? Saya tadi sedikit mendengar suaramu. Cukup bagus,dan apa kamu mau untuk kami kontrak di recording kami?" ujar seorang produser pada Riana seusai "SENIOR HIGH SCHOOL MUSIC COMPETION" diadakan,"Mmm... bagaiman dengan grup saya. Eka Voices." "Tapi kami hanya butuh solo." Riana mulai bingung. Ia hanya ingin mengangkat namanya ke layar kaca,recording dan lain-lain bersama Eka Voices. Tidak ingin sendiri. Walaupun ia sudah menjadi pemenang dalam kompetisi itu. Dengan asal Riana bicara,"Bagaimana dengan teman saya? Decha. Suara tak kalah bagus dengan saya. Akan saya panggil. Decha!!!" Decha yang merasa dirinya dipanggil menghampiri Riana,"Ada apa?" "Apa benar kamu bisa bernyanyi sebagus Riana?" tanya si Produser,Oh,tentu" jawab Riana,"Ayo!" Riana meraih batang Es Krim yang sedang Decha makan. Si produser yang juga suka dengan suara Decha langsung mengajak Decha untuk di kontrak oleh perusahaan recordingnya,"Mmmm... Boleh. Saya terima." " Kalau begitu kita sepakat."***

Hari ini di rumah Riana pukul 15.30...

     Abi mengambil 5 potong kue bolu ketan yang tersaji di meja sambil berkata,"Bodohnya disitu! Kenapa waktu itu kamu kasih kesempatan emas itu pada dia! Sudah tau Decha orangnya begitu!" Ricky menepuk kencang pundak Ade,"SETUJU BANGET" "OK! Setuju sih setuju tapi gak usah pake mukul pundak gue. Tega.". Riana datang dengan sebatang Es Krim yang iya taruh di sebuah gelas," Aku hanya ingin namaku terkenal bersama kalian. Tapi produser itu tidak mau. Ya sudah. Apa boleh buat?" "Sayang banget produsernya gak mau." ujar Rifa dan Pepey bersamaan lalu saling menatap. Wika mengambil secangkir sirup cocopandan yang tersaji di meja tamu itu,"Aku rasa mungkin ada benarnya juga Riana beri kesempatan itu pada Decha. Dia jadi jauh dari kita. Tak ada nenek sihir lagi. Hahaha..." "Tapi,kan suara soprannya dia itu gak biasa. Menurut gue suara dia itu keren." ujar Wshnu.
"Nah,sekarang,itu Es Krim di taruh di gelas itu untuk apa,tuh?" tanya Ade,"Decha sangat suka Es Krim kan?" semua mengangguk,"Aku yakin. Saat Es Krim itu mencair,Decha akan datang kesini." semua mulai merasakan kekuatan supranatural Riana beraksi.
     Sekitar hampir 20 menit Es Krim itu mencair. Ricky merasakan,kenapa Es Krim itu mencair dengan sangat lambat? Jangan-jangan... "Es Krim itu sudah mencair. Tapi...""Tunggu 1 menit lagi" ucapan Abi terpotong kata-kata Riana. Tek... Jarum panjang sudah berpindah ke angka 10 tepat tanda sudah 1 menit berjalan.
Tok...tok...tok... Pintu pun diketuk kencang,"Betul,kan?" Riana membuka pintu itu dengan cekatan,Decha yang berada di teras langsung memeluk Riana,"Aku nyesel ninggalin kalian semua. Setiap aku latihan aku selalu melihat banyak sekali grup vokal yang juga sedang latihan. Aku lalu terus teringat kalian. Awalnya aku hiraukan,tapi lama kelamaan...""Sudahlah... Cepat apa yang mau kamu lakukan disini? Dari mana kamu tahu kami disini?" ujar Elis,"Kalian pikir aku lupa? Kita selalu berkumpul setiap Sabtu sore di rumah Riana. Dan..." Decha tersenyum,"Aku berhasil membujuk pak produser agar kita bersama-sama." Riana dan lainnya bingung,"Maksud lo?" tanya Ricky,"Eka Voices. We will be going to recording!" WOW!!!! Semuanya bersorak riang. Mereka lalu menuju ke mulut pintu dan memeluk Decha.
     Decha lalu melihat ke arah gelas yang ada di meja tamu yang berisi Es Krim yang mencair itu,"Itu apa?" "Es Krim yang mencair" jawab Riana,"Sayang sekali." "Nanti gue bekuin lagi." Ade menuju kulkas yang ada di dapur,"Bilang aja kalo kamu mau Es Krim yang masih ada di kulkas. Ambil aja" ujar Riana. "Iya,deh yang udah sering ngapel udah tau isi kulkas. hahahah...." semua anak tertawa mendengar ucapan Elis. Good Luck EKA VOICES!!!

Perjuangan Cynthia

Perjuangan Cynthia

“ Akhirnya sudah waktunya aku kembali berhadapan dengannya. “ Gumam  seorang cewek remaja  dihadapan cermin di kamar mandinya. Cewek itu bernama Cynthia, gadis berumur 16 tahun kelas 2 SMA.
“ Percayalah pada dirimu Cynthia, kamu sudah berusaha keras selama ini. Kali ini kamu pasti bisa mengatasinya. “ Kata Cynthia menguatkan dirinya sendiri

 Cynthia kembali teringat saat ia seminggu lalu ia kalah. Kekalahan itu membuatnya takut untuk kembali berhadapan dengan lawannya itu.  Kisah ini dimulai seminggu yang lalu setelah Cynthia kalah.

 “ Huhuhuhu aku kalah lagi, betapa susahnya berhadapan dengan dia.
 “ Rajuk Cynthia sedih pada teman sebangkunya di sekolah Dian lewat telpon
“ Sudahlah kan masih ada bulan depan, yakinlah kamu bisa. Hayo berusaha aku akan bantu. Lagian kan beberapa hari ini kamu memang lengah jadi persiapanmu untuk menghadapi dia. “ Kata Dian menyemangati Cynthia
“ Jadi menurutmu aku bakal bisa menang? “ Tanya Cynthia dengan mata penuh harapan
“ Tentu saja, semua pasti bisa termasuk kamu. Ayo berusaha. “ Kata Dian kembali menyemangati
“ Tapi kalau aku sendiri pasti akan gagal lagi. “ Kata Cynthia sedih sambil mengelap air matanya
“ Kamu maukan membantuku Dian? “ Tanya Cynthia
“ Tentu saja. Ayo kita buktikan kalau kamu bisa menang melawannya. “ Kata Dian semangat
“ Dan kali ini aku akan lebih keras kepadamu agar berhasil, bersiaplah “ Ujar Dian lagi
“ Jangan keras – keras ya Dian, kasih sedikit keringanan pleaseee. “ Kata Cynthia memohon

Besoknya Dian benar – benar menepati janjinya ia membantu Cynthia untuk menghadapi lawannya. Pagi – pagi Dian mengajak Cynthia untuk joging.

“ Ya dingin begini enak tidur. “ Tolak Cynthia dengan mata sayu masih ngantuk
“ Ga bisa pokoknya kamu harus ikut aku lari. “ Paksa Dian

Terpaksa Cynthia ikutan lari karena ia takut dengan tatapan galak Dian. Lagipula dia sendiri yang meminta Dian untuk membantunya. Mama Cynthia yang melihat Cynthia lari pagi sampai kaget dan tidak percaya, biasanya Cynthia selalu telat bangun dan apalagi liburan begini biasanya Cynthia selalu tidur sampai jam 10

“ Tumben kamu semangat lari pagi, dah bosan ya dikalahin dia? “ Goda mamanya
“ Ih  mama bukannya mendukung anaknya yang manis ini malah menggoda. Huh “ Ujar Cynthia cemberut

Tapi ternyata bukan mama saja yang menggoda Cynthia, Papa bahkan tetangga Cynthia juga kaget melihat Cynthia jadi rajin joging di pagi hari

“ Wah wah kayaknya hari ini bakal hujan deh mam. “ Kata papa Cynthia
“ Loh kok bisa Pap. Kan cuaca cerah  “ Tanya mama heran
“ Ya itu Cynthia mendadak rajin lari, pasti bakal ada hujan ini. “ Goda papa saat Cynthia sedang bersiap – siap joging lagi Cynthia tidak peduli ia terlu berlatih agar bisa mengalahkan lawannya. Hanya Dian yang percaya padanya. Setelah perjuangan 1 minggu akhirnya Cynthia berhadapan dengan lawannya. Setelah menguatkan dirinya ia menuju ke medan pertempurannya dengan langkah feminim.


TUlalit tulalittttt!! Handphone Dian berbunyi, ternyata Cynthia yang menelepon. Dian yang dari tadi menunggu kabar dari Cynthia langsung mengangkat hpnya.

“ Gimana Cyn? Berhasil? Kamu menang kan kali ini? “ Tanya Dian langsung tanpa basa – basi
“ Iya nih Horeeeee aku menang. “ Ujar suara cynthia dengan nada penuh keceriaan
“ Selamat ya Cyn. Seberapa besar hasil kemenanganmu? “ Tanya Dian
“ Lumayanlah aku senang banget ini An, usahaku tidak sia – sia. Biar papa dan mama mengejek ternyata kamu masih mau mendukung. “ Suara Cynthia terdengar sangat bahagia
“ Sudah aku bilang kalau kamu mau pasti bisa. “ Kata Dian lagi
“ Akhirnya aku kalahkan dia si timbangan itu horeee beratku turun 1.5 kilo dalam seminggu. Nah untuk merayakannya ayo kita pergi makan Dian. “ Ajak Cynthia
“ Loh kalau kamu pergi makan terus ntar hasil perjuangan minggu ini jadi sia – sia donk. Ntar kamu merajuk lagi padaku. “ Protes Dian
“ Ah itu ntar urusan Cynthia yang beratnya naik, sekarang kan Cynthia yang lagi kurus ayo makannnn. Aku jemput ok . “ Ujar Cynthia menutup hpnya

Curhat yach

Curhat yach

         Sebenernya aku tak bisa bercerita,atau mengarang sebuah tulisan yang hebat.Mungkin ini lebih bisa di sebut sebagai curhat,ini memang sebuah kisah nyata yang saat ini sedang di alami seseorang.(Kuharap ada yang mau memberi solusi hehehe).Dan kalian juga tak harus membaca sampai selesei kisah yang aku tulis ini.Setiap manusia punya permasalahan dalam hidupnya.Dan dengan masalah-masalah itulah dia akan menjadi semakin dewasa.Kadang ada kalanya seseorang merasa tak adil dengan anugerah masalah yang ALLAH timpakan kepadanya.Manusia,dengan aneka macam ilmu yang dimilikinya.Dengan macam-macam sudut pandang dalam menghadapi persoalan hidup.Ada yang hancur karena merasa tak mampu menghadapi hidupnya,tapi ada juga yang justru bangkit menjadi manusia besar dan bersahaja karena saking banyaknya ujian hidup yang dijalaninya.
        "Sesungguhnya Allah menguji hambanya,sesuai dengan kesanggupannya",andai keyakinan itu benar-benar menancap kuat didalam hati,tentulah tak ada yang terlarut dalam kesedihan ketika badai menggoncangkan kehidupannya.Entahlah,kenapa hati ini tak bisa tenang,fikiran ini tak bisa jernih,dan perasaan terus mencari jalan untuk berlari dari sebuah permasalahan."Masalah ada,untuk diseleseikan,bukan untuk dihindari".Tapi terkadang,aku pun merasa tak kuat menahan segala cobaan yang mendera kehidupanku.
          Keterampilan untuk menghadapi masalah memang harus dimiliki setiap orang yang bermasalah.Agar masalah itu tiada berlarut-larut.(Hah....aku hanya bisa berbicara,tapi tak bisa mempraktekkannya).
Sejak dulu rasanya antara keinginan dan kenyataan hidupku lebih sering berlawanan.Banyak hal baik yang ku inginkan,tapi tidak tercapai.Saat SD dulu,secara prestasi aku sangat dibanggakan oleh banyak orang,secara sosialisasi,aku dikucilkan dan hidup dalam penghinaan,karena kemiskinan yang melanda keluaragaku.Dan itulah awal dari segala rasa benciku pada semua orang di lingkunganku.Aku sangat ingin keluar dari lingkungan yang selalu menjatuhkanku itu.Cita-citaku untuk bisa sekolah di pondok pun tak dapat kuwujudkan,alasan sekolah negeri yg lebih murah.
           Lingkungan yang tak kondusif,membuat mentalku jd cemen.Minder,aku menjadi anak yang sangat pendiam dan penakut.Sehingga di sekolah nyaris tak punya teman,teman-teman menginjak-nginjak dan merendahkan diriku.Itu membuatku semakin terpuruk,merasa menjadi orang yang terasing.Setiap permasalahan selalu aku pendam sendiri.Rasanya tak akan ada seorang pun yang akan membantu segala permasalahanku,tak akan ada yang mendengar keluh kesahku.Walau pada kenyataannya masih banyak orang yang memperhatikanku,mungkin.
         Lulus SMP ,orang tua memintaku untuk tidak melanjutkan,lagi-lagi alasan biaya.Sebenarnya aku yakin,pelarangan untuk SMA itu bukan karena biaya,tapi lebih pada paham yang dianut oleh orang tuaku,pemikiran yang sudah menancap kuat di benak para orang tua di desaku,bahwasanya,sekalipun sekolah tinggi,pada akhirnya,wanita tetap tinggal di rumah,memasak didapur.Tapi aku tetap ngotot untuk SMA,dan mungkin dengan terpaksalah orang tua menyekolahkanku.Dengan sebuah sepeda yang sebenernya tak layak pakai,dengan pakaian bekas kakakku,dengan jilbab pemberian adikku,dengan rok pemberian temanku.Aku dengan PD memasuki bangku SMA,ada sebagian orang yang mulai mengejekku,tapi ada sebagian lain yang menyanjung kecerdasanku.Di sekolah aku mulai merasa mendapat tempat dan lingkungan yang menyenangkan,walau banyak yang baik padaku ,untuk memanfaatkan kepandaianku.Entah,sebenernya aku tak pandai,tapi aku selalu beruntung,sehingga nilaiku sering memuaskan..
         Ketika ada tawaran kuliah ke jakarta,dengan semangat aku mengikutinya.Tapi ternyata,sampai di sana,aku selalu teringat keluargaku.Sampai aku memutuskan untuk tak jadi kuliah.Cuma gara-gara aku belum siap untuk berpisah dengan orang tuaku.Dan sekarang aku masih sangat menyesal akan keputusanku saat itu.Tapi mungkin ini takdir dari ALLAH,siapa tau jalan di depan jauh lebih baik dari lika liku kehidupanku yang sekarang.
          Dan hari ini,aku telah bekerja di sebuah kantor konsultan pajak.Aku senang dengan pekerjaanku,awalnya semua terasa indah.Lambat laun,iringan cobaan mulai menderaku.Tinggal di rumah saudara yang sangat sempit,satu buah kamar yang dihuni 8 orang,sehingga harus tidur dengan bersusun.Disitulah segala tangisku kembali bermula.Tempat yang sempit itu membuatku ke bingungan saat akan menunaikan ibadah shalat.Hampir setiap waktu shubuh aku menanti di bukanya pintu rumah tetangga bibi,sekedar untuk numpang shalat.Kadang aku pun malu,sebab penghuni rumah itu sendiri tidak menunaikan ibadah shalat.Aku sempat memutuskan untuk kost sendiri.Hampir 2 bulan aku kost jauh dari rumah bibi.Dan saat itu,fitnah menyebar di keluargaku,keluarga bibi mengabari orang tuaku kalau aku tidak mau di atur,aku liar dan ingin hidup bebas,aku wanita yang nggak bener.Padahal demi ALLAH,aku kost sendiri dengan alasan agar aku bisa mandiri,tidak membebani keluarga bibi,dan aku bisa bebas shalat sesuka hati.
            Tidak sampai disitu,keluarga bibi terus menambah ke sedihanku.Ketika aku tak mau memakan makanannya,aku dibilang gak menghargai maskannya,dan ketika aku memakan makanannya,dia selalu menghitung-hitung harga bahan,cabe sekian,beras sekian,tempe sekian.Hal itu membuat batinku makin tersiksa.Aku serba salah,mencuci pakain pun aku harus menggunakan air rembesan sungai,dia melarangku menggunakan air PAM,katanya mahal,dan sebenernya aku membeli air itu dengan uang hasil kerjaku sendiri.Banyaknya fitnah yang semakin menjadi-jadi,membuatku harus kembali tinggal dirumah bibi.Aku keluar dari kost,dan sekarang tinggal lagi dengan bibi..Aku bingung,kalau aku pulang ke desa,berarti aku siap-siap mendapat cacian,"Hemmm..ternyata benar kan,lulus SMA juga nganggur.",atau akan banyak adik-adik yang tidak akan sekolah SMA setelah tau,panutannya tidak dapat pekerjaan.Karena waragaku selalu berfikir kalau sekolah tinggi adalah jaminan mendapat pekerjaan yang tinggi pula.Tapi,kalau aku menetap disini,aku akan terus makan hati dengan perlakuan bibi padaku..
        Jalan mana yang harus aku tempuh.Atau aku mencari pekerjaan lain..Ya ALLAH,mencari pekerjaan untuk orang yang berjilbab dan hanya lulusan SMA itu sangat sulit..Dan aku juga tidak mudah berbaur dengan lingkungan baruku.Aku tidak gampang kerasan di lingkukangan yang baru..

I Hope you Love me

I Hope you Love me

Hari ini adalah hari yang sangat buruk bagiku, bagaimana tidak baru kali ini aku di marahi oleh pak Gustav, wali kelasku, hanya karena seluruh teman-temanku tidak dapat di atur, karena aku adalah ketua kelas jadi akulah yang harus bertanggung jawab atas seluruh teman-temanku, dan karena ulah kenakalan teman-temanku aku yang di salahkan oleh pak Gustav.
     Kekesalanku terhadap teman-temanku tak kunjung sirna, sampai pulang sekolah aku masih tetap marah dengan mereka, hanya satu yang membuat hati ku tenang, yaitu Danar, teman karibku.          
“ Hai Fah, kamu masih marah soal kejadian tadi siang ?.” sapa Danar kepadaku.          
“ Sebenarnya sih iya, aku kesal sekali dengan semuanya.” Jawabku.          
Di saat kami berdua sedang asyik mengobrol di pinggir jalan tiba-tiba seseorang kira-kira seusiaku menabrakku dengan sangat kencang          
"Bruuk !!!.”  Aku terjatuh di atas tanah, tetapi Danar langsung membangunkanku.          
  “ Maafyah, maaf…” ucap orang itu kepadaku.         
  “ Makanya kalau jalan lihat-lihat donk, sakit tau.” Jawabku.
“ Tadikan aku sudah minta maaf, sudah ya aku buru-buru nih.” Kata orang itu sambil berlari.          
“ Uuuh! Meneyebalkan, siapa sih kamu.” Kataku dengan kesal.
" Sudah Fah, sudah, kamu sabar aja.” Ucap Danar.          
Kami pun kembali melanjutkan perjalanan, kebetulan rumah aku dan Danar bersebelahan. Ketika sampai di rumah, aku langsung melemparkan tasku di atas kasur.          
“ Hari ini memang hari yang sangat buruk bagiku.” Kataku dengan kesal.
Keesokan harinya, aku kembali bersekolah seperti biasa, aku sekolah di SMP Satu Nusa, kelas 9-b. dengan wajah baru aku berjalan ke sekolahku, dan berharap  kejadian kemarin tidak akan terulang kembali.          
Ketika sampai di sekolah, semua murid-murid terlihat berbaris di lapangan, aku terkejut, hatiku berkata.       
    “ Ada apa ini?, apa aku setelat ini hingga aku terlambat berbaris, tapi jarum jam masih menunjuk ke angka 06.00, ada apa ini sebenarnya.”  Aku langsung berlari ke kelasku dan meletakan tas ku dengan cepat aku langsung kembali ke lapangan dan berbaris di belakang teman-temanku.          
“ Anak-anak hari ini kita akan kedatangan siswa baru dan kalian akan mendapat teman baru.” Ucap bu Ratna, kepala sekolah kami.
“ Sini nak.” Lanjut bu Ratna kepada anak baru itu.Anak yang di maksud bu Ratna itu pun berdiri di samping bu Ratna, aku terpana dengan siswa baru itu, keningku berkerut. Seolah tak percaya dengan ini semua.          
“ Itukan, anak yang nabrak aku kemarin, waah! Gawat nih, semoga aku tidak satu kelas dan denganya, tak terbayang jika harus satu kelas dengan anak menyebalkan itu.” Ucapku dalam hati.    
“ Eh…, teman-teman perkenalkan nama aku Langit nur Rahmat, aku pindahan dari SMP Tunggal Cahaya.” Jelas anak itu.       
“ Baiklah sekarang kamu boleh masuk kelas, dan kelasmu di 9-A yah.” Jawab bu Ratna.          
“ Terima kasih bu.”          
“ Anak-anak sekarang kalian boleh kembali ke kelas.” Ucap bu Ratna lagi.         
 “ Horrreee.” Teriak seluruh siswa.Aku menghembuskan nafas bahagia, karena dia tidak sekelas denganku.
“ hah!, untung saja aku tidak sekelas denganya.” Kataku. Akupun langsung melangkahkan kakiku menuju kelasku dan belajar seperti biasanya.
* * *          
Bel istirahat berbunyi, aku dan Danar langsung ke luar kelas menuju kantin, tapi tiba-tiba Danar di panggil oleh teman-temannya.            “ "Danar…Danar, sini.” Teriak teman-temanya.          
“ Iya sebentar.” Jawab Danar    sambil menoleh ke arah temanya.          
“ Fah, sebentar yah, aku di panggil yang lainya.” Lanjut Danar kepadaku.          
“ Ya sudah, aku bisa kekantin sendiri kok.”
 “ Hati-hati ya.”  Aku kembali berjalan menuju kantin, tapi sebelumnya aku ingin ke kelas 9-A untuk menemui Rana, karena ada salah satu bukuku yang di pinjam olehnya. Tapi di saat aku sedang berjalan dan memperhatikan ke sekelilingku tiba-tiba…..          
“ BRUKK!!”  sepertinya aku menabrak seseorang sampai ia terjatuh.          
“ Aduh.” Rintihnya. Aku menoleh dengan pelan kearah orang yang ku tabrak itu.         
  “ Hai, kamu kalau jalan lihat-lihat dong, punya mata gak sih?.” Bentak anak itu. Aku menatap wajah anak itu, dan.. yupz! Benar banget dia adalah Langit anak yang kemarin menabrakku.          
“ Maaf yah, maaf.” Jawabku sambil menunduk, karena ku tahu dia pasti mengenaliku.          
“ Eh, kamu kan perempuan yang tidak sengaja aku tabrak kemarin, mau kamu apa sih, aku kan sudah minta maaf, kenapa kamu membalasku.” Katanya dengan sangat marah.          
Aku mengangkat kepalaku dan melihatnya. Hatiku terasa amat kesal dengan perkataanya.          
“ Aku tidak sengaja, aku nggak ada niat untuk membalasmu kok. Kamunya aja tuh ngapain berdiri di depan pintu, kurang kerjaan banget sih.” Jawabku dengan nada sedikit kesal.          
“ Kok kamu jadi nyalahin aku sih, sudah jelas-jelas kamu yang salah, tapi kenapa kamu yang marah.”Emosi ku mulai memuncak, ingin rsanya aku memukul wajahnya yang terlihat sangat menyebalkan itu.
“ Ya Allah, mengapa aku di pertemukan lagi denganya.” Gerangku. Di saat itu pula Danar menghampiriku dan menenangkanku.          
“ Ifah, Ifah, sudah dong jangan bertengkar.” Ucap Danar meleraiku.          
“ OH, jadi namanya Ifah, kok kampungan yah?.” Ejek Langit.          
“ Apa kamu bilang, !!, Awas kamu.” Ucapku dengan sangat marah.         
  “ Ifah, sudah Fah.” Sambung Danar.          
"Awas kamu, kalau tidak ada Danar, habis kamu sama aku, dasar Langit mendung.” Aku membalas ejekanya.
Wajah Langit tiba-tiba saja memerah, tampaknya dia juga kesal denganku, habis mau gimana lagi, dia duluan sih yang cari gara-gara. Aku dan Danar langsung meninggalkan Langit dan langsung  menuju kantin.
* * *         
  Sesampainya aku di rumah, aku langsung berlari ke ruang TV. Ternyata harapanku untuk hari yang lebih indah dari hari kemarin memang benar-benar tidak terwujud, aku tak menduga akan beretemu Langit.         
 “ Huh !, Langit memang menyebalkan, sial banget aku bertemu denganya lagi, tapi.. kalau di ihat dari dekat ternyata Langit manis juga yah.” Desisku.
Aku tersenyum sesaat, tapi aku kembali teringat dengan kelakuanya tadi.          
“ Ya ampun, apa yang aku fikirkan tadi, Langit manis?, yang ada dia itu sepet, seperti buah mangga yang belum masak, Ifah, ifah.” Kataku lagi.          
Hatiku kembali tenang, dan membuang semua fikiranku tentang Langit.            “ Ifah..Ifah..” teriak ibu memanggilku.          
“ Iya ibu, sebentar.!” Jawabku sambil berlari menghampiri ibuku.          
“ Ada apa sih bu?.” Tanyaku.         
  “ Ibu minta tolongyah, belikan ibu telur untuk membuat kue.”          
“ Ya sudah sini uangnya bu.” Ibu menyerahkan uangnya kepadaku.
aku pun langsung berjalan menuju Warung terdekat, aku menusuri jalan di depan rumahku, dan tiba-tiba seorang anak laki-laki dengan menunggangi sepeda berteriak memanggilku.          
“ Woi, anak kampungan.” Teriaknya, aku kenal jelas suara itu, aku mencari-cari dimana dia bersembunyi.
Dan tanpa ku duga-duga..          
“ Nyari apa kamu?, nyariin aku yah, ngapain sih kamu ke sini lagi.”
Ternyata orang yang kucari ada di belakangku, aku pun berbalik badan dan melihatnya, tepat sekali dugaanku, tak lain dan tak bukan dia adalah Langit.          
“ Jakarta itu sempit banget yah, kenapa setiap kali aku terus bertemu denganmu, sial banget sih aku ini.” Jawabku.          
“ Yang lebih sial itu aku, bertemu dengan makhluk mengesalkan sepertimu.”           
“ Eh, malas banget yah kalau kau kesini Cuma mau ngikutin kamu, aku ini ke sini karena kau mau beli telur, jangan GR deh jadi orang.”          
“ Kamu fikir aku senang melihatmu, aku disini karena rumah ku ada di sana, sudah capek debat sama kamu?.” Langit mulai pergi menjauh dari ku, sebenarnya sih aku juga memang benar-benar tidak menyangka akan melihat dia lagi, jujur saja, aku sudah sangat bosan dengan laganya yang sok itu.
* * *    
      Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah hampir 6 bulan aku satu sekolah denga Langit, selama itu pula aku terus bertengakar setiap kali aku melihatnya, bahkan kata teman-teman aku dengan Langit bagai ayam dan musang, setiap kali bertemu selalu bertengkar, sampai akhirnya muncul gosip dari teman-temanku, kalau aku suka dengan Langit dan Langit suka denganku.
Bagiku sih, hal itu sudah biasa, tapi entah kenapa sepertinya Langit menanggapi serius hal itu, dan saat itu dia jarang terlihat apalagi mengajaku untuk bertengkar.          
Hari ini aku berniat untuk meminjam buku ke 9-A yaitu ke Irma, salah satu temanku di sana, kali ini aku masih tetap di dampingi oleh Danar, tapi aku heran dengan Langit, mangapa tiap kali aku masuk kekelasnya, dia selalu pergi meninggalkanku. Sikap itu di perlihatkannya sudah hampir seminggu, entah pa yang terjadi padanya, mungkin dia malu ketika berhadapan dengaku. Semakin lama aku merasa semakin kehilangan dengan sosok Langit yang dulu sering mengajakku beretengkar.         
  “ kalau saja, kamu tahu Langit aku benar-benar kehilangan dirimu. Walaupun dulu kau sering membuatku kesal."          
Malam telah datang, tapi ku rasa mataku terlalu berat, aku sama sekali tidak bisa memejamkan mataku sedikitpun, mengapa sedikit saja saat aku berusaha memejamkan mataku selalu terlintas wajahmu, mengapa ini semua terjadi padaku, apa mungkin aku telah jatuh cinta kepadamu?. Tapi mengapa perasaan ini muncul saat aku dan langit benar-benar jauh?.          
Pagi harinya aku kembali sekolah seperti biasa, tapi wajahku tidak secerah biasanya, terlebih setelah ku tahu bahwa harapanku yang semalam benar-benar tidak akan pernah terjadi, karena semua teman-temanya mengatakan kalau Langit telah jadian dengan Nadila, teman satu kelasnya, ah, makin pupuslah harapanku. Demi mendapatkan informasi yang lebih lengkap aku pun pergi ke kelas Raja, salah satu teman baik Langit.         
  “ Raja, Raja, aku mau Tanya sama kamu.” Sapaku begitu tiba di kelasnya.          
 “ Ada apa Fah.”           
“ Apa benar Langit sama Nadila pacaran, kamu jujur yah sama aku.”         
“ Aku jujur sejujur-jujurnya, aku nggak tahu.”          
“ Ku mohon Ja, kasih tahu aku.”          
“ Aku jujur Fah, aku benar-benar nggak tahu.”          
“ Oh ya udah deh makasih yah.” Aku masih belum mendapatkan jawaban yang benar, tanpa ku sangka, ternyata Danar ada di depan kelas Raja dan sedang menungguku, dia langsung menarikku ke samping halaman sekolah.          
“ Fah, aku mau bicara sama kamu.” Ucap Danar padaku.          
“ Mau bicara pa sih Nar?          
“ Seb..sebenarnya…”          
“ Sebenarnya apa sih?.”          
“ Harus ku akui Fah, ternyata selama ini, aku, aku, aku, aku suka sama kamu dan ku harap kamu begitu padaku.”
Aku kaget bukan kepalang, mataku tidak berkedip sedetikpun. Aku bingung harus menjawab apa, padahal aku sendiri suka dengan Langit, aku mencoba untuk bicara dengan Danar dan berusaha untuk tidak melukai hatinya.          
“ Kamu serius Nar?.”           
“ Iya Fah aku serius.”          
“ Maaf Nar, bukanya aku menolak kamu, tapi sungguh aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri, jadi nggak mungkin aku terima kamu.”          
“ Ya sudah kalau gitu, maaf yah ganggu.” Jawab Danar sambil mengalihkan badanya dari hadapan ku.          
“ Danar, tunggu, tapi kamu tetap teman baik aku kok”         
  Danar tersenyum sambil menatapku.         
  “ Maaf Nar, sebenarnya aku sudah jatuh hati sama Langit. Dan aku berharap dia pun begitu.”
Ucapku dalam hati. Aku pun kembali kekelasku. Dan saat itulah Danar kembali menghampiriku.          
“ Ifah, aku mau Tanya.” Ucap Danar padaku.          
“ Mau Tanya apa?.” Jawabku.          
“ Kamu jawab yang jujur yah.”          
“ Iya, memang kenapa sih.”          
“ Kamu suka dengan Langit.”          
Pertanyaan Danar membuatku tersudut tak menjawab, dari mana ia tahu aku suka dengan Langit, dari mana juga dia tahu kalau aku benar-benar mengharapkanya.          
“ Dari mana kamu tahu.” Tanyaku dengan kaget.          
“ Jawab saja.”          
Aku tertunduk sambil mengangguk          
“ Iya!, tapi itu semua mustahil, Langit lebih memilih Nadila.”          
Danar duduk di sebelahku, sambil memegang pundakku.         
" Langit memang benar-benar mencintai Nadila, tadi aku ke kelasnya dan ia sendiri yang bilang ke aku, maafin aku Fah, kalau aku nyakitin hati kamu atas pernyataanku ini. Tapi aku sama sekali tidak mengharapkanmu untuk menerimaku."
Jelas Danar padaku.Awalnya aku sangat kaget mendengar itu, tapi aku sudah menebaknya dari awal. Akupun  menyandarkan kepalaku dan bersandar di atas pundak Danar.          
“ Ah, sudahlah Nar, Aku juga tidak berharap banyak darinya, biar waktu yang menjawab semua ini.” Kataku dengan pelan.
Saat ini hatiku sangat terluka, tapi ku sadar kalau cinta, memang butuh pengorbanan.          
“ Walaupun kamu tidak mencintaiku, tapi aku senang melihat kamu bahagia dengan Nadila, dan ku harap cintamu akan di balas olehnya, satu yang hanya ku ingin dari mu, I hope you love me, walau itu tak mungkin.”