Foto foto lama wkwkwkwk
Tangan ini kembali bisu dan tak bisa bicara banyak. Entah hal apa yang telah membajak hatinya untuk berbicara seperti sedia kala saat perasaan sedang bergemuruh. Jemari ini pun hanya diam menanti, menunggu sinyal yang dikirimkan lewat darahku. Dan mata ini hanya terpaku pada layar putih, tanpa sekali pun berkejap, sebab fokusnya berada pada dunia lain. Dunia itu tak bernama, tak pernah diberi nama, selain angan-angan.
Sebenarnya, sudah hampir beberapa jam, denyut di kepala ini bergeming dan meminta seluruh isinya ditumpahkan. Namun, entah mengapa, perasaan ini seperti lebur dalam ruang yang tak bisa kuidentifikasi namanya, situasinya, dan rupanya. Aku tersadar oleh rona mataku yang sesaat basah oleh linangan air mata. Entah darimana asalnya aku juga limbung. Ternyata, perasaanku juga tipis dan rapuh seperti selaput lilin.
Hingga detik dalam tubuh jam dinding membangunkan aku dari alam tidak sadarku. Perjalanannya dalam ruang waktu telah membuat aku bangun dari mimpi yang tak bisa kuuraikan. Jujur, aku merindukan seseorang. Seseorang yang sangat mewarnai perjalanan hidupku. Manusia yang kusebut setengah dewa karena kejujuran dan kesempurnaannya seindah rupanya yang mempesona.
Aku tidak pernah membayangkan untuk bisa bertemu dengannya, apalagi dekat dengannya. Tak pernah sedetik pun aku akan mengenalinya lebih dekat, sedekat udara yang berhembus pada tubuhku yang berubah menjadi nafasku. Nafas itu yang membuatku aku hidup. Dan kini, kehadirannya telah merasuki seluruh hidupku, bahkan seluruh jiwaku. Jiwa yang kupunyai menjadi rapuh pada jalinannya. Padahal, aku sudah menyusunnya dalam rak jiwa. Rak itu telah terbangun dengan rapi dan kokoh. Namun, nafas kehadirannya telah mengubah semua posisi dan komposisi yang telah terjalin. Dan aku menjadi rapuh, luluh oleh senyumannya yang menawan dan membuat aku lunglai.
Kutersadar bahwa cinta adalah rangkuman hidup ini, inti dari segala permasalahan dunia. Ia menjadikan semuanya menjadi mungkin. Love makes everything is possible. Ia mengubah semuanya menjadi indah dan terang, seterang mentari pagi saat bangun dari peraduannya. Ia mampu membangkitkan jiwa yang lemah untuk kembali tegar, hidup yang sulit menjadi mudah, dan mata yang redup menjadi ceria. Aku tidak pernah memikirkannya begitu dalam seperti saat ini.
Saat rasa cinta itu hinggap pada tabir dan tirai-tirai relung asaku, aku hanya menduga bahwa itu tidak lebih dari penghias saja, seperti renda-renda pada bibir kain yang menjulur, mengajak udara bermain-main sejenak, dan akhirnya terdiam saat dingin menyergap di malam hari. Aku pun begitu. Kepolosan hati ini membuat aku tidak menyadari bahwa saat cinta menyelinap pada balik udara, aku telah terbius dunia baru yang selama ini tidak pernah kusadari. Barangkali, aku adalah manusia bodoh yang tak pernah seklaipun membukakan mata untuk melihat sisi terang sebuah cinta dan makna kehadirannya pada sanubari.
Mungkin, aku adalah orang yang menutup telinga pada dentingannya yang menggema. Saat suaranya menggebu-gebu menyuarakan kisah cintanya, aku malah menjauhkan diri dan mengasingkan diri pada perjalanan yang tak penting. Namun, ketika ia merayap pada sela-sela imanku, aku baru tersadar bahwa cinta itu telah mengubah banyak hidupku. Ia membawaku pada alam mimpi yang seolah nyata dan hidup. Ia membuatku menjadi orang yang memiliki seribu nyawa dan kekuatan yang berlipat ganda. Padahal, aku selalu berpikir bahwa cinta hanyalah sebuah kata yang ditemukan oleh orang iseng untuk menipu diri sendiri dan membiarkan mereka terperangkap pada penjara lusuh dan berkarat. Mereka tidak akan pernah hidup lebih dari mimpinya sendiri. Namun, saat ia menawariku keindahan dan kekuatannya, tak pernah sedetik pun aku menolaknya. Kehadirannya benar-benar membuat mataku terbuka, begitu pula dengan imanku.
Cinta bukanlah masalah logika lagi. Cinta adalah logika itu sendiri. Tidak perlu dipisahkan. Cinta itu adalah dunia yang sesungguhnya kita cari. Kehadirannya bagai matahari pada dunia gelap, seperti hujan pada musim kemarau. Ia membangunkan semua mata yang terlelap menjadi riang.
Cinta itu juga yang membawa obor kemenangan pada kekakuan hidup yang tak bermakna. Kehidupan yang selama ini kita jalani hanyalah kepalsuan yang nyata. Kepalsuan yang selalu kita tutupi dengan keangkuhan kita. Padahal, dunia tanpa cinta adalah kosong, seperti gelembung udara pada busa.
Itulah dirimu. Seseorang yang telah membuat aku limbung. Limbung karena aku tidak mengenal diriku yang dulu. Diri yang selalu kuanggap gagah dan mempesona. Padahal, baru sedetik tadi, aku menemukan diriku yang lain. Diri yang sebenarnya adalah inti kehidupanku. Cinta itu benar-benar mukjizat. Selama bertahun-tahun, aku selalu menyimpan rahasia cintaku padamu karena ku ragu dengan keyakinanku pada cinta.
Namun, saat ia mengajakku padamu, aku seolah menemukan kepercayaanku yang telah lama hilang, luntur, dan pudar oleh diriku sendiri. Aku seolah bertenaga berlipat kali ganda. Rasanya, tidak ada kekuatan lain yang mampu menandinginya. Tangis dan tawa adalah bumbu-bumbu yang dia sajikan pada menu kehidupannya. Itulah yang sedang kurasakan.
Saat kau hinggap pada bilur ruang persembunyianku, aku memberanikan diri untuk bersamamu. Namun, sentuhanmu yang tersisa ternyata menbuatku tersiksa. Bayangan tentang dirimu, membuat aku menjadi letih dan tidak mau makan. Kedekatanku denganmu semakin membuat aku kangen dan rindu yang berlipat kali ganda.
Sungguh, aku takut kehilanganmu. Cinta itu telah membuat aku merindukanmu. Membuat semua yang tidak mungkin menjadi nyata. Seolah kekuatan yang selama ini kumiliki hanyalah sebatas sinar rembulan di malam hari. Namun, saat kau menghiasi hari-hariku, ia seperti matahari yang menggelora, membakar semangatku untuk melakukan yang terbaik bagimu tanpa pernah berharap pada imbalan yang akan kuterima. Meski badai, hujan, siksaan akan datang menyerang, aku akan tetap berjuang demi cintaku padamu. Sebab tak semua orang memahami apa itu cinta, selain ungkapan perasaan saja. Namun, bagiku kehadiran cinta pada jiwaku, adalah alas kehidupanku yang sebenarnya. Alas yang menjadi pijakan hatiku untuk melangkah, berkorban, dan berjuang untukmu.
Kau mengajakku pada pagi itu. Aku begitu takjub dan senang. Akhirnya pertemuan itu menjadi puncak hasratku untuk menemukanmu, tak lagi sekedar berharap dan mengukir asa di awang-awang. Hatiku begitu tersipu-sipu. Jiwaku seolah tak percaya. Kau memintaku datang dengan penuh kegembiraan. Suaramu menjadi serupa bintang-bintang di malam hari, bertebaran begitu indah dan memukau. Keanggunan suaramu membawa kehangatan yang tak pernah kumiliki dulu, sebuah kehangatan purba yang diimpikan oleh semua insan.
Di telingaku, suaramu bergema mengalir ke relung hatiku dan mengendap di sana. Gema senantiasa bergaung setiap kali bayangan wajahmu melintas dalam benakku. Aku tidak sabar menunggu kebersamaan denganmu. Dan hari itu, menjadi salah satu sejarah terpenting dalam hidupku, tertawan oleh cinta dan terbuai dalam kepungan serbuk cintanya.
Kau tersenyum saat melihatku datang. Keceriaanmu terpancar begitu menawan. Senyumanmu mengulum memesona. Aku tidak tahu, apakah aku yang salah tingkah atau menilaimu berlebihan. Kau bukanlah orang yang biasanya kulihat. Kau berubah menjadi sosok yang hanya kutemukan dalam mimpiku. Sapaanmu membawaku untuk menelusurimu lebih jauh lagi. Dan aku terhanyut oleh arus sambutan hangatmu. Aku putuskan untuk menyelam lebih dalam di dasar sungai jiwamu. Kau tidak tahu betapa detik-detik itu tak ingin kulalui dengan sia-sia. Ingin kurengkuh jiwa dan tubuhnya dan kubawa dalam dasar hatiku, untuk kusimpan dan tak mau kulepaskan lagi.
Dan tiba-tiba, sentuhan tanganmu membuatku semakin terbius. Entah berapa lama lagi aku harus merasakan ini. Dentuman denyut nadiku membuatku serasa mati. Mati bukan karena aku tidak bisa merasakan apa-apa, namun karena aku dibius dan dibalut oleh rasa cinta yang tidak bisa kugambarkan. Kau, membuatku menjadi manusia lain, manusia yang tidak pernah kutemukan dalam diriku. Ingin rasanya aku hidup bersamamu dan tidak mau lepas dari sentuhanmu.
Dan saat itu,kurekam setiap detik yang terjadi lewat mataku. Senyumanmu, tutur katamu, gerakanmu, dan setiap inci tubuhmu. Aku menjadi begitu detil denganmu. Aku menjadi larut dalam dirimu. Dan engkau tahu, aku benar-benar tergila-gila padamu.
Dan aku begitu membenci hari itu. Sejak kedatanganku, waktu sepertinya tak bisa diajak berkompromi. Tiba-tiba malam sudah menjelang. Aku tersadar bahwa aku tidak akan mungkin menemanimu dan bahkan bersamamu. Waktu akan segera memisahkan kita. Aku begitu benci dengan detik-detik yang berlalu dengan cepat. Rasanya, baru sejam yang lalu aku bersamamu. Itu pun belum memuaskan hatiku. Cinta memang benar-benar membuatku tidak pernah puas dengan yang terjadi.
Sebenarnya, sudah hampir beberapa jam, denyut di kepala ini bergeming dan meminta seluruh isinya ditumpahkan. Namun, entah mengapa, perasaan ini seperti lebur dalam ruang yang tak bisa kuidentifikasi namanya, situasinya, dan rupanya. Aku tersadar oleh rona mataku yang sesaat basah oleh linangan air mata. Entah darimana asalnya aku juga limbung. Ternyata, perasaanku juga tipis dan rapuh seperti selaput lilin.
Hingga detik dalam tubuh jam dinding membangunkan aku dari alam tidak sadarku. Perjalanannya dalam ruang waktu telah membuat aku bangun dari mimpi yang tak bisa kuuraikan. Jujur, aku merindukan seseorang. Seseorang yang sangat mewarnai perjalanan hidupku. Manusia yang kusebut setengah dewa karena kejujuran dan kesempurnaannya seindah rupanya yang mempesona.
Aku tidak pernah membayangkan untuk bisa bertemu dengannya, apalagi dekat dengannya. Tak pernah sedetik pun aku akan mengenalinya lebih dekat, sedekat udara yang berhembus pada tubuhku yang berubah menjadi nafasku. Nafas itu yang membuatku aku hidup. Dan kini, kehadirannya telah merasuki seluruh hidupku, bahkan seluruh jiwaku. Jiwa yang kupunyai menjadi rapuh pada jalinannya. Padahal, aku sudah menyusunnya dalam rak jiwa. Rak itu telah terbangun dengan rapi dan kokoh. Namun, nafas kehadirannya telah mengubah semua posisi dan komposisi yang telah terjalin. Dan aku menjadi rapuh, luluh oleh senyumannya yang menawan dan membuat aku lunglai.
Kutersadar bahwa cinta adalah rangkuman hidup ini, inti dari segala permasalahan dunia. Ia menjadikan semuanya menjadi mungkin. Love makes everything is possible. Ia mengubah semuanya menjadi indah dan terang, seterang mentari pagi saat bangun dari peraduannya. Ia mampu membangkitkan jiwa yang lemah untuk kembali tegar, hidup yang sulit menjadi mudah, dan mata yang redup menjadi ceria. Aku tidak pernah memikirkannya begitu dalam seperti saat ini.
Saat rasa cinta itu hinggap pada tabir dan tirai-tirai relung asaku, aku hanya menduga bahwa itu tidak lebih dari penghias saja, seperti renda-renda pada bibir kain yang menjulur, mengajak udara bermain-main sejenak, dan akhirnya terdiam saat dingin menyergap di malam hari. Aku pun begitu. Kepolosan hati ini membuat aku tidak menyadari bahwa saat cinta menyelinap pada balik udara, aku telah terbius dunia baru yang selama ini tidak pernah kusadari. Barangkali, aku adalah manusia bodoh yang tak pernah seklaipun membukakan mata untuk melihat sisi terang sebuah cinta dan makna kehadirannya pada sanubari.
Mungkin, aku adalah orang yang menutup telinga pada dentingannya yang menggema. Saat suaranya menggebu-gebu menyuarakan kisah cintanya, aku malah menjauhkan diri dan mengasingkan diri pada perjalanan yang tak penting. Namun, ketika ia merayap pada sela-sela imanku, aku baru tersadar bahwa cinta itu telah mengubah banyak hidupku. Ia membawaku pada alam mimpi yang seolah nyata dan hidup. Ia membuatku menjadi orang yang memiliki seribu nyawa dan kekuatan yang berlipat ganda. Padahal, aku selalu berpikir bahwa cinta hanyalah sebuah kata yang ditemukan oleh orang iseng untuk menipu diri sendiri dan membiarkan mereka terperangkap pada penjara lusuh dan berkarat. Mereka tidak akan pernah hidup lebih dari mimpinya sendiri. Namun, saat ia menawariku keindahan dan kekuatannya, tak pernah sedetik pun aku menolaknya. Kehadirannya benar-benar membuat mataku terbuka, begitu pula dengan imanku.
Cinta bukanlah masalah logika lagi. Cinta adalah logika itu sendiri. Tidak perlu dipisahkan. Cinta itu adalah dunia yang sesungguhnya kita cari. Kehadirannya bagai matahari pada dunia gelap, seperti hujan pada musim kemarau. Ia membangunkan semua mata yang terlelap menjadi riang.
Cinta itu juga yang membawa obor kemenangan pada kekakuan hidup yang tak bermakna. Kehidupan yang selama ini kita jalani hanyalah kepalsuan yang nyata. Kepalsuan yang selalu kita tutupi dengan keangkuhan kita. Padahal, dunia tanpa cinta adalah kosong, seperti gelembung udara pada busa.
Itulah dirimu. Seseorang yang telah membuat aku limbung. Limbung karena aku tidak mengenal diriku yang dulu. Diri yang selalu kuanggap gagah dan mempesona. Padahal, baru sedetik tadi, aku menemukan diriku yang lain. Diri yang sebenarnya adalah inti kehidupanku. Cinta itu benar-benar mukjizat. Selama bertahun-tahun, aku selalu menyimpan rahasia cintaku padamu karena ku ragu dengan keyakinanku pada cinta.
Namun, saat ia mengajakku padamu, aku seolah menemukan kepercayaanku yang telah lama hilang, luntur, dan pudar oleh diriku sendiri. Aku seolah bertenaga berlipat kali ganda. Rasanya, tidak ada kekuatan lain yang mampu menandinginya. Tangis dan tawa adalah bumbu-bumbu yang dia sajikan pada menu kehidupannya. Itulah yang sedang kurasakan.
Saat kau hinggap pada bilur ruang persembunyianku, aku memberanikan diri untuk bersamamu. Namun, sentuhanmu yang tersisa ternyata menbuatku tersiksa. Bayangan tentang dirimu, membuat aku menjadi letih dan tidak mau makan. Kedekatanku denganmu semakin membuat aku kangen dan rindu yang berlipat kali ganda.
Sungguh, aku takut kehilanganmu. Cinta itu telah membuat aku merindukanmu. Membuat semua yang tidak mungkin menjadi nyata. Seolah kekuatan yang selama ini kumiliki hanyalah sebatas sinar rembulan di malam hari. Namun, saat kau menghiasi hari-hariku, ia seperti matahari yang menggelora, membakar semangatku untuk melakukan yang terbaik bagimu tanpa pernah berharap pada imbalan yang akan kuterima. Meski badai, hujan, siksaan akan datang menyerang, aku akan tetap berjuang demi cintaku padamu. Sebab tak semua orang memahami apa itu cinta, selain ungkapan perasaan saja. Namun, bagiku kehadiran cinta pada jiwaku, adalah alas kehidupanku yang sebenarnya. Alas yang menjadi pijakan hatiku untuk melangkah, berkorban, dan berjuang untukmu.
Kau mengajakku pada pagi itu. Aku begitu takjub dan senang. Akhirnya pertemuan itu menjadi puncak hasratku untuk menemukanmu, tak lagi sekedar berharap dan mengukir asa di awang-awang. Hatiku begitu tersipu-sipu. Jiwaku seolah tak percaya. Kau memintaku datang dengan penuh kegembiraan. Suaramu menjadi serupa bintang-bintang di malam hari, bertebaran begitu indah dan memukau. Keanggunan suaramu membawa kehangatan yang tak pernah kumiliki dulu, sebuah kehangatan purba yang diimpikan oleh semua insan.
Di telingaku, suaramu bergema mengalir ke relung hatiku dan mengendap di sana. Gema senantiasa bergaung setiap kali bayangan wajahmu melintas dalam benakku. Aku tidak sabar menunggu kebersamaan denganmu. Dan hari itu, menjadi salah satu sejarah terpenting dalam hidupku, tertawan oleh cinta dan terbuai dalam kepungan serbuk cintanya.
Kau tersenyum saat melihatku datang. Keceriaanmu terpancar begitu menawan. Senyumanmu mengulum memesona. Aku tidak tahu, apakah aku yang salah tingkah atau menilaimu berlebihan. Kau bukanlah orang yang biasanya kulihat. Kau berubah menjadi sosok yang hanya kutemukan dalam mimpiku. Sapaanmu membawaku untuk menelusurimu lebih jauh lagi. Dan aku terhanyut oleh arus sambutan hangatmu. Aku putuskan untuk menyelam lebih dalam di dasar sungai jiwamu. Kau tidak tahu betapa detik-detik itu tak ingin kulalui dengan sia-sia. Ingin kurengkuh jiwa dan tubuhnya dan kubawa dalam dasar hatiku, untuk kusimpan dan tak mau kulepaskan lagi.
Dan tiba-tiba, sentuhan tanganmu membuatku semakin terbius. Entah berapa lama lagi aku harus merasakan ini. Dentuman denyut nadiku membuatku serasa mati. Mati bukan karena aku tidak bisa merasakan apa-apa, namun karena aku dibius dan dibalut oleh rasa cinta yang tidak bisa kugambarkan. Kau, membuatku menjadi manusia lain, manusia yang tidak pernah kutemukan dalam diriku. Ingin rasanya aku hidup bersamamu dan tidak mau lepas dari sentuhanmu.
Dan saat itu,kurekam setiap detik yang terjadi lewat mataku. Senyumanmu, tutur katamu, gerakanmu, dan setiap inci tubuhmu. Aku menjadi begitu detil denganmu. Aku menjadi larut dalam dirimu. Dan engkau tahu, aku benar-benar tergila-gila padamu.
Dan aku begitu membenci hari itu. Sejak kedatanganku, waktu sepertinya tak bisa diajak berkompromi. Tiba-tiba malam sudah menjelang. Aku tersadar bahwa aku tidak akan mungkin menemanimu dan bahkan bersamamu. Waktu akan segera memisahkan kita. Aku begitu benci dengan detik-detik yang berlalu dengan cepat. Rasanya, baru sejam yang lalu aku bersamamu. Itu pun belum memuaskan hatiku. Cinta memang benar-benar membuatku tidak pernah puas dengan yang terjadi.
Dan akhirnya, kebencianku pada waktu tidak serta merta membuatku menyerah. Waktu mungkin memisahkan kita hari ini, tapi di hari berikutnya, mungkin akan banyak kisah yang tercipta, lewat pertemuan-pertemuan berikutnya. Aku sungguh menyayangimu, mengagumimu, dan tak rela membiarkanmu sendiri. Sosokmu telah menjadi satu dengan darahku. Aku begitu terkesima, terpukau, terkagum-kagum, dan barangkali, aku memang telah jatuh cinta padamu. Mungkinkah ini realita yang harus kuhadapi? Sanggupkah aku mempertanggungjawabkan perasaan ini pada diriku, terlebih lagi pada dirimu? Mampukah aku membawamu ke dalam kehangatan cinta yang telah kuimpikan? Barangkali, saat ini, aku mungkin menunggu. Dan harapanku hanya satu, kau adalah milikku. Kan kuperjuangkan nyawaku untuk dirimu. Tak kan kubiarkan waktu merebutmu. Takkan kulepaskan insan lain membawamu. Kau adalah tulang rusukku yang telah lama hilang. Kau akan kutempatkan di sisiku, di hatiku, dan di jiwaku.