Kuawali dengan Goresan Tinta Hitam itu
Kuawali dengan Goresan Tinta Hitam itu “Tugas dikumpul Selasa depan.” Kalimat terakhir yang keluar dari mulut dosenku ketika menutup perkuliahan. Sejenak otakku terhenti memikirkan tugas yang baru saja diberikan dosenku.s“Ayo pulang,” suara temanku mulai menggerakkan otakku kembali.Sambil berjalan menuju parkiran motor, kami berceloteh mencoba melupakan tugas-tugas yang sudah mulai menumpuk minggu ini.“Kemana Kita?” Tanya Seno membuka pembicaraan.“Makan yuk,” Aku menyambar pertanyaan itu.Setelah menghidupkan mesin Hondaku, Kami segera bergerak ke warung makan tempat biasa Kami makan. Menu yang biasa kupesan langsung kunikmati. Ditutup dengan satu gelas susu kedelai kami selesai makan.“Mau kemana abis makan?” tanyaku pada Seno.“Balik ah, capek banget.” Sahut Seno.Setelah makan, Seno langsung pulang ke rumahnya yang agak jauh dari kampus. Pun dengan aku. Segera kutancap gas motorku menuju kost-kostan ku.Waktu menunjukkan pukul 20.35. Kucoba mengingat-ingat tugas apa yang harus dikumpulkan besok. Tak satu pun tugas yang kuingat untuk esok. Kuambil handphone ku lalu kutekan tombol-tombol biru itu untuk menghubungi temanku. Pantas saja tak ada yang kuingat. Ternyata besok memang tidak ada tugas yang harus dikumpulkanKuawali Rabu pagi dengan sarapan di warung bu Ani. Hari ini aku ada jam kuliah pukul 07.30. Kuusahakan berangkat tepat waktu. Selama ini aku memang rajin kalau berangkat kuliah. Seingatku baru satu kali aku terlambat kuliah, itu pun karena hujan. Tak terasa tiga kali lima puluh menit kami lahap bersama dosen mata kuliah ini. Memang, mata kuliah yang satu ini sangat disukai mahasiswa karena dosennya bisa membawakan materi dengan baik dan menyenangkan. Kendati demikian, tugas dari dosen yang harus dikumpul minggu depan sepertinya sedikit mengurangi kesenangan itu dan sedikit menambah waktu yang sedikit terasa lama.“Tugas lagi!” sahut Ali.“Iya ni, yang kemarin aja belum dikerjain,” tegas Seno.Aku hanya tersenyum mendengar percakapan mereka. Senyum yang sebenarnya berlawanan dengan hatiku yang mulai bingung dan gundah memikirkan tugas-tugas itu.Aku juga sedikit aktif di organisasi kampus. Walaupun hanya organisasi tingkat jurusan, tetapi Aku senang dengan itu. Aku berorganisasi hanya untuk menambah teman. Itu adalah niat pertamaku ketika memutuskan untuk berorganisasi. Tapi, sejalan dengan waktu, Aku mulai menikmatinya dan mulai meluruskan niat awalku tersebut. Ya, walaupun sedikit menyibukkanku. Aku berharap itu tidak menggangu kuliahku. Hari Sabtu nanti oraganisasi yang kuikuti akan menyelenggarakan event tingkat daerah. Dari sekarang semuanya harus dipersiapkan sematang mungkin. Jelas, kesibukan pun bertambah.***Sabtu pun tiba. Pagi-pagi Aku berangkat dari penginapanku selama ini menuju kampus untuk persiapan terakhir. Sarapan pun terlewatkan. Sesuatu yang sangat jarang kulakukan. Tiba di kampus, teman-teman panitia pelaksana sudah banyak yang datang. Sepertinya aku telat. Karena aku tiba pukul 06.45. Seharusnya panitia kumpul pukul 06.30. Ya, aku telat karena semalam Aku bersama temanku harus menyelesaikan sesuatu yang memang harus diselesaikan malam itu juga. Tadi pagi juga setelah salat subuh, Aku tidur lagi. Bergegas kubantu rekan-rekanku yang bekerja. Keringat mulai membasahi kemeja putih yang kukenakan. Sekitar pukul 08.00 acara pun dimulai. Lumayan sukses acara hari ini. Raut wajah lelah dan senyuman terlihat dari wajah-wajah teman-temanku. Pun denganku. Selesai membereskan sisa-sisa acara Aku tarik gas motorku menuju tempat peristirahatanku. Setibanya, segera kurebahkan badan yang lelah ini. Kulihat mejaku. Di sana terdapat sebuah jam yang senantiasa duduk menunggu kamarku. Jarum-jarum jam itu menunjukkan pukul 18.05. Segera Aku bangkit dan menuju kamar mandi. Mandi selesai. Salat maghrib pun selesai kutunaikan. Perutku memberontak kelaparan. Segera Aku mencari warung makan untuk menenangkan perut ini. Selesai makan segera Aku kembali ke kamarku. Walau lapar sudah pergi jauh, tapi lelah itu belum juga hilang. Mataku mulai sulit untuk dibuka. Seakan batu yang luar biasa berat tertempel di mataku. Kukunci pintu kamar dan mulai memejamkan mata ini. Malam itu hujan amat deras. Membuatku semakin ingin menarik selimut untuk memeluk badan ini. Seperti ada yang mengagetkanku. Tengah malam Aku terbangun. Ya, Aku teringat. Aku belum salat isya. Segera kuambil air wudhu dan salatlah aku. Kembali kulihat mejaku. Handphone ku berbunyi. Ada yang memenggil rupanya. “Private number”, itu yang tertulis di layar putih itu. Segera kuangkat, tetapi segera mati juga panggilan itu“Mungkin ada yang iseng,” gumamku. Tiba-tiba Aku diingatkan oleh tugas-tugas yang telah menumpuk. Adalah kebiasaanku menumpuk-numpuk tugas dan mengerjakannya dengan waktu instant itulah yang membuat nilai tugas-tugasku kurang maksimal. Malam itu juga kurenungkan kebiasaanku itu.“Aku harus berubah,” itu yang keluar dari mulutku.Kuingat sebuah kalimat dari buku yang pernah kubaca ‘lakukanlah apa yang bisa kamu lakukan sekarang’. Segera kutanamkan kalimat sederhana yang luar biasa itu dalam diriku. Segera pula kucari dan kukumpulkan tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk memupuk kalimat yang telah kutanam tadi. Kuambil pena hitam dan secarik kertas dari dalam laci-mejaku. Kumulai menggoreskan tinta hitam ini dan tak lama dari itu tinta-tinta hitam itu mulai mengotori kertas putih itu. Sedikit demi sedikit tugas itu kukerjakan.“Tidur dulu ah,” mulutku bergumam dalam asyiknya Aku mengerjakan tugas-tugas itu.Kuletakkan pena itu dan kuputuskan untuk melanjutkannya besok. Esoknya segera kukerjakan tugas-tugas itu dan hamper selesai semua tugas-tugas itu. Dari sini Aku mulai menatap masa depan. Disiplin harus Aku tanamkan juga pada diriku. Komitmen pun mengikat batinku. “Deal,” mulutku berucap yang direspon otakku. Segera otak memerintah tanganku untuk mengepal dan mulutku berucap “deal”.