CERPEN CINTA
semua karna cinta
“kita bisa ketemu?”
“kamu udah kangen ya? Tumben banget minta ketemu hari gini. Biasanya kamu cuma punya waktu buat aku weekend doang.”
“jadi, ga bisa? Ada yang mau aku omongin tentang kita. Penting.”
“ok. Ga usah ngambek gitu dong sayang. Mo ketemu dimana?”
Diam sebentar. Sepertinya cowok bersuara parau ditelpon itu sedang berpikir.
“kamu ke rumah aku aja. Tunggu disana sampe aku pulang dari kantor.”
“ada mama di rumah?”
“kayaknya. Sejam lagi kamu berangkat, dan tunggu aku. Mungkin aku agak telat.”
“oke bos!”
Bertemu pacar adalah saat-saat yang paling dinantikan Aurel setiap akhir minggu. Dengan alasan mencapai kemapanan masa depan yang terbaik, sang pacar tidak mau diganggu oleh recetnya masalah pacaran selama hari kerja. Dan Aurel mengerti betul bagaimana sikap Adrian yang seperti itu. toh pacarnya itu adalah tipe pacar yang sudah hampir tidak ada lagi di muka bumi ini, jarang, bahkan mungkin Adrian adalah satu-satunya spesies cowok sempurna di dunia. Baik, good looking, pengertian, romantis, setia, jujur. Apalagi?
Satu jam adalah waktu yang sangat sebentar bagi hampir semua kebanyakan keturunan hawa untuk bersiap menghadapi calon mertua. Biasanya Aurel menghabiskan 2 jam untuk mandi, ½ jam untuk memilih pakaian, dan 1 jam lagi untuk merias diri. Tapi kini semua waktu itu harus dipangkas menjadi 1 jam saja. Setengah jam mandi, 10 menit memilih pakaian, dan 20 menit berdandan. Aurel pun siap.
Harusnya dalam 40 menit Aurel bisa tiba di rumah Adrian. Tapi karna ini adalah jam pulang kerja, yang berarti 70% masyarakat ada di jalan, butuh 1 ½ jam untuk sampai. Jalan raya yang sudah diperlebar pun tidak begitu berarti dalam mengatasi kemacetan. Dia jadi ingat komentar pedas Adrian tentang jalanan di kota depok ini.
“biar selebar apapun jalanannya, tetep aja bakal macet kalo para pengguna jalannya ga pernah dilebarin otaknya!” komentar pedas Adrian itu berlanjut ke teorinya tentang siapa dalang dibalik kemacetan depok. Angkot.
Aurel ingat ada debat kecil waktu itu.
“kok kamu bisa ngomong gitu yank?”
“apalagi coba!?”
“yaa.. aku bukannya ga setuju ama kamu. Tapi kan bukan cuma angkot doang yang bikin macet.”
“sekarang coba kamu pikir deh yank, jalanan depok tuh lebarnya udah lumayan, tapi kalo ada satu angkot aja yang ngetem di pinggir jalan, bisa bikin macet dari ujung ke ujung.” Sedikit nada emosi terdengar. “dan parahnya lagi, semua orang tuh nggak ngelakuin apa-apa. Sopir angkotnya masa bodoh ama kemacetan yang dia bikin demi duit 3000 perak. Polisi juga nggak bisa jadi penertib yang tertib.” Adrian meneruskan.
“ya udah ah yank. Aku ga mau berantem cuma gara-gara sopir angkot yang sama sekali ga aku kenal.”
Sadar akan sindiran pacarnya yang cantik, Adrian tersipu. “maaf.”
“udah sampe mbak”
Teguran supir taksi si burung biru mengaburkan lamunannya. Ternyata Aurel sudah berada di depan gerbang rumah Adrian. Rumah bertingkat dua yang didominasi oleh warna yang nyentrik dibanding rumah-rumah tetangganya, atau bahkan dibandingkan dengan kebanyakan rumah di Indonesia. Kebanyakan rumah disini di cat putih, sedang rumah Adrian adalah krem, hijau, biru, dan coklat.
Dari balik gerbang Aurel bisa melihat mobil Adrian. Itu berarti dia sudah terlambat. Setelah memberikan selembar seratus ribuan, Aurel berlari kecil ke dalam.
“maaf aku telat.”
“gapapa. Aku juga belom lama pulang koq.” Sekarang mereka berdua sudah duduk di bagian belakang rumah Adrian. Di pinggir kolam renang. Disitu memang ada semacam pondok kecil berisi beberapa kursi, 2 meja kecil, dan dapur. Seperti dapur kedua mungkin.
“maaf juga aku cuma kayak gini.” Aurel merasa sadar dengan penampilannya yang biasa aja mengingat dia cuma mengenakan rok bermotif polkadot hitam-putih selutut dan t-shirt coklat bergambar kucing yang ditutupi oleh blazer putih.
“kamu, cantik banget malam ini. Sederhana tapi mempesona.”
“jadi, apa yang mau kamu omongin?”
Sekitar jam 11 ketika Aurel membuka pintu kamarnya. Keras suara dari pintu kayu yang terbanting menyamarkan suara isak tangisnya. Setelah mengunci pintu kamarnya, dia melempar tas panda yang tadi diberikan, bukan, dikembalikan Adrian sebelum dia pulang.
Lagu Tormented dari Killing Me Inside terdengar keras menguasai isi kamar Aurel. Setelah berganti pakaian dengan baju tidurnya, dia duduk di sofa berbentuk laptop, dan mulai mengingat apa yang sudah dilaluinya malam ini.
“putus!? Kamu mendadak minta aku datang ke rumah kamu dalam waktu satu jam, bilang aku sangat cantik malam ini, tapi kamu minta putus!!???”
Adrian diam.
“kenapa kamu diam? Kamu punya alasan yang bagus kenapa mutusin aku??”
Kembali diam. Tidak ada jawaban.
“jawab!!” kemarahan Aurel meledak. Begitupun dengan tangisannya.
“aku punya satu. Satu alasan bagus kenapa kita harus mengakhiri semua ini. Hubungan kita. Tapi sayangnya, aku nggak bisa bilang itu apa.” Adrian menjelaskan dengan suara parau. Kemudian dia mengambil sebuah tas berbentuk panda. Aurel ingat dia yang membelikan itu untuk Adrian dulu, saat anniversary mereka yang pertama, 4 tahun lalu.
“aku balikin tas ini. Dan aku isi dengan semua kenangan kita. Aku mau kamu bawa tas itu pulang, dan tolong kamu simpen, jangan dibuang. Dan kamu pulang, sekarang.”
“what!!??? Kamu ngusir aku??”
“satu lagi, kamu harus tau kalo aku sayang banget sama kamu. Dan keputusan aku sekarang, adalah yang terbaik.”
“nggak begini seharusnya kamu memperlakukan orang yang kamu sayang banget. Nggak begini seharusnya cara kamu memperlakukan aku.”
Air mata Aurel semakin banyak yang menetes melewati pipi tembemnya dan turun ke bantal berbentuk anjing berwarna coklat dengan bordiran yang tertulis nama LEPI, anjingnya yang meninggal karna sakit. Adrian yang membelikan bantal yang sedang dipeluknya itu agar Aurel tidak sedih lagi. Saat itu Aurel sangat terpukul melihat Lepi sekarat dihadapannya, dan mati tanpa dia bisa melakukan apa-apa. Waktu itu Adrian berjanji kalau dia nggak akan membiarkan Aurel merasakan itu lagi. Perasaan tidak dapat berbuat apa-apa, dan hanya diam menyaksikan sesuatu, atau seseorang, yang dicintainya akan meninggalkannya.
2 tahun setelah tragedy itu Aurel mulai bisa melupakan kekurangajaran Adrian. Walaupun dia masih belum bisa mengganti sosoknya. Walaupun beberapa temannya bisa menyemangati dia untuk terus move on, melupakan Adrian, dan mencari penggantinya, Aurel masih belum bisa.
Adrian masih terlalu hebat.
Walaupun dia telah meninggalkannya.
Walaupun dia telah menyakitinya.
Walaupun.. sekarang sudah ada Derry. Cowok yang selama ini berusaha untuk menggantikan posisi Adrian di hatinya.
Sampai akhirnya Aurel mulai luluh akan perjuangan Derry. Dan disaat yang bersamaan, Derry juga menyatakan perasaannya kepada Aurel. Pada malam tanggal 14 februari 2008, valentine. Dan jawabannya adalah..
“ya.”
Mulai malam itu, Aurel dan Derry menjadi sepasang kekasih.
Mulai malam itu, Aurel melupakan Adrian.
Derry mengantar Aurel ke depan rumahnya tepat pukul 11 malam. Sebuah ciuman manis di kening menutup malam indah itu.
Memasuki kamarnya, Aurel sudah berniat membuang semua hal yang mengingatkan kepada Adrian. Semua! Dia memasukan semua kenangan manis itu kedalam 2 buah dus aqua bekas. Dan disanalah dia melihat benda itu, tas panda itu. yang dikembalikan Adrian malam itu. Dia sudah menempatkan 2 dus kenangannya bersama Adrian ditempat yang pantas, tempat sampah. Dan tas panda ini seperti sengaja ditinggalkan takdir untuk dibuka, dan dikenang isinya.
Teronggok tak berarti di antara lemari buku dan lemari baju di sebelah kanan kamarnya. Tidak berdebu memang, tapi sama sekali tak tersentuh sejak 2 tahun lalu. Tanpa sadar, tangan Aurel membuka resleting tas tersebut. Tapi, bukannya benda-benda yang bisa membuatnya mengingat masa pacaran mereka dulu, yang ada di dalamnya hanya dua lembar surat, dan sebuah kaset rekaman video.
Satu surat berisi hasil laboratorium, yang menyatakan bahwa Adrian adalah positif mengidap AIDS. Dan satu surat lagi berisi penjelasan dari Adrian.
Tentang kenapa dia memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka.
Tentang bagaimana dia bisa terinfeksi penyakit itu.
Dan kenapa dia melakukan hal itu, 2 tahun lalu.
Adrian ternyata adalah pengguna narkoba. Dan alasannya adalah untuk melupakan sejenak masalah-masalah dalam pekerjaannya, dan keluarganya. Setelah dia membaca hasil laboratorium, dia memutuskan untuk tetap menjaga janjinya kepada Aurel. Untuk tidak membiarkan perasaan tidak dapat berbuat apa-apa, dan hanya diam menyaksikan sesuatu, atau seseorang, yang Aurel sayangi meninggalkannya.
Dan didalam rekaman video itu, ada semua kenangan mereka bersama. Dia memasukkan semua rekaman tentang mereka, menambahkan dengan merekam barang-barang kenangan mereka, dan diakhiri dengan rekaman Adrian sendiri.
“sayang, maaf ya aku kayak gini. Aku bener-bener nggak ingin kita berpisah, tapi ini harus. Aku nggak mau kamu kenapa-napa karna aku. Dan aku juga nggak mau kejadian Lepi keulang lagi. Karna aku yakin kamu nggak bakal bisa ngelakuin apapun. Pasti sekarang kamu marah, dan nangis, karna aku. Maafin aku ya. aku mohon kamu bisa ngerti.”
Aurel menangis.
“Dan soal hasil lab itu, aku juga minta kamu nggak marah. Aku.. aku.. tertekan banget yank..”
Adrian pun terlihat menangis juga, di dalam rekaman itu.
“kamu tau kenapa aku sama sekali nggak mau diganggu selama hari kerja? Karna semua orang dikantor tuh berharap banget aku bisa melakukan yang terbaik, setiap hari! Aku tuh kayak sapi perah dikantor. Mereka tau aku berpotensi, aku asset mereka, dan mereka cuma ngandelin aku. Dan kamu tau kenapa aku ga berhenti aja?? Karna mama! Mama pengen banget aku berhasil. Dia selalu, dan setiap hari, menuntut aku untuk tetap bekerja. Tempat dimana dia juga dulu kerja! Makanya aku nunggu banget tiap weekend sama kamu. Walaupun Cuma sekedar nonton, makan, jalan-jalan malam, atau sekedar maen monopoli di rumah kamu, aku senang. Aku bahagia. Dengan keterbatasan waktu kita, kamu memberi aku seasuatu. Sesuatu untuk tetap bertahan sampai weekend selanjutnya. Tapi semakin kesini, sesuatu itu nggak cukup. Dan aku nggak mau terus-terusan ngerepotin kamu. Jadi maaf kalo malam ini, tadi, aku jadi cowok yang brengsek banget. Dan terima kasih, untuk semuanya.”
Setelah membaca itu, dia turun ke ruang tamu, duduk di ruang tamu, dan mencoba menghubungi Adrian. Ponselnya tidak aktif. Telpon ke rumah? Jam segini?? Masa bodoh! Dia harus berbicara dengan Adrian.
“halo.” Itu suara mamanya Adrian.
“halo. Malam tante, ini Aurel.”
“kamu!? Ngapain kamu telpon malem-malem gini??”
“saya mau bicara sama Adrian tante. Penting banget!”
“mau bicara apa kamu sama Adrian?”
“saya.. saya.. baru baca surat dari Adrian tante. Dan saya mau bicara sama dia.”
“surat? Surat yang ada di dalam tas panda? Kamu baru menemukannya setelah 4 tahun!! Terlambat!”
“terlambat? Maksud tante??”
“Adrian sudah nggak ada. Dia sudah meninggal setaun setelah pertemuan terakhir kamu. Karna penyakitnya itu.”
Saat itu juga, saat kenyataan menyerang Aurel, dunianya seakan runtuh. Dia terlambat.
“seminggu setelah kalian terakhir bertemu, Adrian pindah ke bandung ditemani Alvin yang sengaja tante suruh pulang dari Manado untuk menemani abangnya.” Sekarang mereka berdua menangis.
“dan setaun kemudian..”
Lebih dari satu jam Aurel berbicara dengan mamanya Adrian di telpon. Dan yang dihubungi memberikan semua informasi yang Aurel minta. Juga pesan terakhir Adrian untuk Aurel.
Dia menunggu Aurel menemukan pesan tersebut. Dan karna begitu lamanya dia menunggu, dia menyerah. Adrian hanya berharap Aurel tidak membuang si panda. Dan Adrian juga berharap kalaupun Aurel menemukan pesan tersebut, dia tidak terlalu bersedih. Dia ingin Aurel tetap melanjutkan hidup tanpanya.
puisi islam:tetaplah di sisihku
Tetaplah Disisiku
Ya Allah…
Dimanakah ku harus berlabuh…
Saat semua dermaga menutup pintu,
Dan berkata “ ini bukan untukmu…”
“Segara menjauh karna disini bukan tempatmu….!!!”
Ya Allah…
Katakan padaku, dermaga untukku berlabuh…???
Agar ku segera menghela nafas kehidupan yang baru.
Sampai kapan ku harus arungi waktu,..
Ku lelah Menunggu suatu yang tak pasti walau hanya Satu,..
Ya Allah …
Beri aku penerang jalan-Mu
Agar tak tersesat saat ku melaju,..
Kuatkan awak kapalku,
Saat badai menghalangi jalanku
Ya Allah …
Tetaplah disisiku,
Jangan Engkau menjauh dariku…
Karna ku mati tanpa hadir-Mu
cintaku padamu ibu yang ku sayang
No comments:
Post a Comment